English English Indonesian Indonesian
oleh

Coping Stress pada Anak Broken Home, Butuh Cara Kreatif Kelola Tekanan

FAJAR, MAKASSAR-Dalam realitas kehidupan modern, banyak anak yang harus menghadapi cobaan berat, terutama bagi mereka yang berasal dari keluarga broken home. Coping stres menjadi suatu keahlian yang penting bagi mereka untuk menjalani kehidupan sehari-hari.

Broken home merujuk pada situasi di mana keluarga yang semula utuh mengalami perpisahan atau perceraian, meninggalkan satu atau lebih anggota keluarga, biasanya anak-anak, dengan pengalaman hidup dalam kondisi rumah yang terpecah atau terpisah.

Situasi ini dihadapi SS, seorang mahasiswa Poltekkes. Dia sebelumnya merupakan siswi yang berprestasi, namun lambat laun mengalami penurunan dalam nilai akademiknya. “Karena perceraian kedua orang tuaku, sehari-hari saya jadi selalu merasa cemas dan stres yang berdampak juga sama fokusku dalam belajar,” ungkap Salwa.

SS mengaku, perceraian orang tuanya karena bundanya yang sudah tidak tahan dengan sikap sang ayah. “Ayahku orangnya tempramen, ada hal yang tidak sesuai dengan kemauannya pasti langsung bundaku yang kena imbasnya,” ungkap dia.

Ketika marah sang ayah kerap kali melakukan verbal abuse kepada bundanya. “Selain temperamen dia juga selalu bicara kasar ke bundaku kalau marah,” tambahnya.

Dalam dunia psikologi, perceraian orang tua dapat memberikan dampak yang signifikan pada anak, baik secara emosional, psikologis, maupun sosial. Dampak umum yang biasa terjadi yaitu stress emosional yang timbul akibat perasaan kehilangan, kebingungan, dan kekhawatiran tentang masa depan yang dapat berisiko pada kesehatan mental anak.

News Feed