Padahal pertumbuhan kredit hanya 2,75%, DPK tumbuh 3,02%, dengan LDR mencapai 111,24%, namun dengan NPL net dapat ditekan rendah, 0,74%. Tampaknya pertumbuhan laba dimungkinkan sebab kebijakan efisiensi mampu manajemen terapkan, tercermin pada indicator BOPO 71,40%. Asset tumbuh 3,86% atau Rp1,147 triliun; ROA 2,91%; ROE 15.44%; dan NIM 6,06%. Artinya dari sisi kinerja keuangan secara kuantitatif, bisinis BSSB masih berkembang cukup baik ditengah ketidakpastian perekonomian yang belum berakhir.
Dilain pihak, secara kualitatif, kinerja BSSB juga mencatat beberapa perkembangan kinerja yang baik. Diantaranya profil risiko BSSB relatif baik, berada pada peringkat komposit profil Low to Moderate (2) dari skala High (5).
Selain itu BSSB aktif bersama dengan pihak otoritas dan pihak mitra lain menyalurkan beberapa skim kredit kebijakan secara konsekuen, seperti KUR, KPR bersubsidi, Kredit Skema Subsidi Resi Gudang (SSRG), Kerjasama dengan BP Tapera untuk penyaluran dana fasilitas likuiditas pembiayaan (FLPP), Pembiayaan dengan skema linkage program, Penyaluran kredit modal kerja developer, serta Pemberian Garansi untuk sektor Konstruksi.
Selain itu aktif membangun produk digital, seperti NoA Sulselbar Mobile tumbuh 35%, Merchat QRIS tumbuh transaksinya 265%. Agen Laku Pandai tumbuh 190%, dan Peningkatan Virtual account bank dengan 33 Corporate ID dan 21,548 transaksi.
Dengan layanan digital. BSSB dapat mengantarkan beberapa Pemda menjadi juara pada ajang Championship P2DD- 2023 (Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Daerah). Demikian pula kinerja TI BSSB juga meningkat, diantaranya, Layanan mobile bangking, Elektronifikasi Transaksi Pemda, dan Pengembangan Core Banking System Program Syariah First.