DALLAS, FAJAR – Perjuangan Paul Alexander melawan polio harus terhenti. Pria 78 tahun itu dikenal sebagai salah satu orang terakhir yang hidup dalam ’’paru-paru besi’’.
Hidup Alexander kecil memang tak seberuntung bocah lain. Pada 1952 saat berusia 6 tahun, dia mulai terjangkit polio dan lumpuh seumur hidup. Kondisi itu membuatnya hanya mampu menggerakkan kepala, leher, dan mulutnya.
Saat itu adalah puncak epidemi polio. Lebih dari 21.000 kasus polio lumpuh tercatat pada tahun itu di AS.
Saat wabah polio besar-besaran melanda AS pada akhir 1950-an, ratusan anak di sekitar Dallas, Texas, termasuk Alexander, dibawa ke Rumah Sakit Parkland.
Di sana, anak-anak dirawat di bangsal paru-paru besi. Saat itu dokter menyadari bahwa dia tidak bernapas. Di situlah perkenalan Alexander dengan paru-paru besi.
Sejak saat itu, hidup Alexander bergantung pada alat tersebut. Wujudnya adalah sebuah silinder logam besar yang mengubah tekanan udara untuk merangsang pernapasan. Kisah itu juga termuat dalam otobiografinya, Three Minutes for a Dog: My Life in an Iron Lung.
Dilansir dari CNN, kepergian pria bernama lengkap Paul Richard Alexander itu diumumkan di laman penggalangan dana GoFundMe. Situs itu selama ini mendukung biaya perumahan dan perawatan kesehatannya.
’’Sungguh luar biasa membaca semua komentar dan mengetahui begitu banyak orang terinspirasi oleh Paul. Saya sangat bersyukur,’’ kata saudaranya, Philip Alexander, di laman GoFundMe.
’’Paul, kamu akan dirindukan, tapi selalu dikenang. Terima kasih telah berbagi cerita Anda dengan kami,’’ lanjut Christopher Ulmer, penyelenggara GoFundMe, di laman tersebut. (dee/c18/bay)