Oleh: Suf Kasman, Dosen Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar
Dogma puasa adalah menahan diri dari segala nafsu keburukan, termasuk di antaranya menahan diri agar tidakย marah.
Disadari atau tidak, saat berpuasa sebagian orang justru lebih sensitif dan mudahย marah-marah.
Seseorang yang sudah terbiasa memproduksi kemarahan, sekecil apa pun enigma & masalah yang dihadapinya, akan mudah tersulut emosi danย marah.
Begitulah bila api dalam jiwanya terus menyala membara.
Panas atmosfer dan perasaan berkecamuk hebat dalam dada tiada henti, hg menghadirkan larva-larva kemarahan tak bisa dibendung lagi.
Pintu gerbang munculnya kemarahan tak terhitung jumlahnya. Sebutlah dari paling kecil ke paling besar, misalnya: Makan sate kambing 20 tusuk, pas dihitung cuma 19 tusuk. Mungkin tanpa sadar langsung memarahi penjual sate tersebut.
Apalagi jika hidangan satenya bukan daging kambing, tapi sate telur, ohย ๐๐ข๐ญ๐ฆ๐ฆ,ย ๐ฎ๐ฆ๐ฏ๐ณ๐ฆโย ๐ฑ๐ฆ๐ญ๐ญ๐ขย ๐ฏ๐ข. Karena merasa tertipu.
Bisa-bisa berlompatan dua biji matanya sakingย marahnya sama penjual sate.
Pintu gerbang munculnya kemarahan yang lain: Simak cerita,ย ๐๐ฒ๐บ๐ฎ๐ฟ๐ฎ๐ต๐ฎ๐ปย ๐ฆ๐ฒ๐ผ๐ฟ๐ฎ๐ป๐ดย ๐๐๐ฟ๐ย ๐ง๐ฒ๐ฟ๐ต๐ฎ๐ฑ๐ฎ๐ฝย ๐ ๐๐ฟ๐ถ๐ฑ๐ป๐๐ฎ
Salah seorang guru SD bernama pak Saponding bertanya kepada murid-muridnya tentang nama-nama binatang yang dimulai huruf โJโ.
Seketika itu, Ambo’ Upe’ yang duduk sudut paling belakang langsung mengacungkan tangan (tangannya digoyang-goyangkan tiada henti). Mirip gaya demonstrasi di depan Kantor DPRD Provinsi Sul-Sel.ย ย
Rupanya Ambo’ Upe’ tak sabar untuk menjawab pertanyaan gurunya (pak Saponding).