English English Indonesian Indonesian
oleh

Ramadan Madrasah Berkurikulum Toleransi

Sekretaris Jenderal MUI Sulsel Prof Muammar Bakry menjelaskan, perbedaan suku, bangsa, hingga agama adalah hal yang natural dalam kehidupan manusia. Perbedaan itu harus dipandang sebagai sebuah kenikmatan, bukan musibah.

Kata Prof Muammar, Ramadan harus menyadarkan manusia bahwa semua ciptaan Allah memiliki perbedaan. Sehingga, sifat toleran itu bisa terjaga.

Ramadan bagi Prof Muammar, adalah sebuah madrasah berkurikulum Rahmat. Kasih sayang tidak hanya kepada sesama umat Islam atau arah keyakinan saja. Melainkan, untuk seluruh alam. “Makanya misi Nabi Muhammad itu adalah Rahmatan Lil Alamin,” kata Rektor UIM ini.

Selanjutnya, Ramadan merupakan wadah untuk belajar mengampuni atau memaafkan. Orang yang berpuasa terbuka hatinya untuk memaafkan, tidak berhati keras.

“Ketiga suka berempati kepada orang lain yang dalam kesulitan. Ramadan itu dilihat sejauh mana empati seseorang kepada orang yang mendapatkan kesulitan hidup. Makanya tidak egois orang yang melewati Ramadan itu,” ketus Prof Muammar.

Prof Muammar yakin, umat Islam di Sulsel paham tentang budaya hidup saling menghargai. Di tengah aktivitas kesehariannya, orang berpuasa tidak harus menyimpan amarah kepada orang lain yang tidak berpuasa.

Tidak semua orang wajib berpuasa, apakah karena berhalangan suatu hal atau menganut kepercayaan lain. Namun, ia menghimbau bagi masyarakat yang tidak berpuasa, tidak menjajakan dagangannya atau makan dengan cara-cara yang demonstratif atau vulgar.

“Demikian juga orang puasa, jangan mentang-mentang puasa semua warung ditutup sama sekali. Tidak semua orang puasa, saling pengertian lah, saling menjaga,” pungkasnya. (uca)

News Feed