MAKASSAR, FAJAR — Bulan suci Ramadan telah tiba. Tak hanya para muslim, seluruh umat beragama akan menjalani pendidikan dalam sebuah madrasah berkurikulum toleransi.
Kepala Bidang Urusan Agama Islam Kanwil Kemenag Sulsel Wahyuddin Hakim mengatakan, dalam menjalani Ramadan, umat Islam harus memandangnya sebagai wadah memperkuat persatuan. Itu merupakan salah satu cara membersihkan diri dari pengaruh-pengaruh yang bersifat memecah belah persatuan.
“Kita paham tentang Ramadan ini datangnya sekali setahun, jadikan momentum ini sebagai bentuk memperbaiki kualitas diri. Kita dibina, dididik, untuk saling menghargai dalam beribadah,” ujar Wahyuddin, Sabtu, 9 Maret 2024.
Ia berpesan, sebagai umat muslim harus rendah hati, tidak boleh menganggap individu atau kelompok keyakinannya sebagai yang paling benar dan baik. Sebaiknya, menjadikan momentum Ramadan menjadikan manusia nyaman dan bahagia dalam beribadah.
“Kekayaan itu bukan karena punya segalanya, tetapi ketika damai dan bahagia di dalam menjalani hidup. Dan itu tercapai jika kebersamaan bisa kita wujudkan,” ungkapnya.
Kata ia, dalam Ramadan umat Islam harus menjunjung nilai-nilai toleransi. Menjaga ibadah seperti infak dan zakat, saling berbagi tidak hanya sesama muslim, melainkan umat manusia yang membutuhkan bantuan.
Selama Ramadan, toleransi adalah harta berharga yang umat Islam harus jaga. Sebab, kesempurnaan dalam Amaliah Ramadan adalah ketika bisa saling menghargai satu sama lain.
“Mungkin karena suatu hal ada yang tidak berpuasa, tidak boleh memperlihatkan dengan sombongnya bahwa kita tidak berpuasa. Begitu juga dengan kaum muslimin, tetap berterima kepada orang yang membuka fasilitas makan, tetapi dengan adab yang benar,” tandasnya.