Oleh: Marsuki
(Guru Besar FEB Unhas dab Komisaris Independen BSSB)
FAJAR, MAKASSAR — Tidak dapat dinafihkan, peran kredit sebagai penggerak perekonomian di suatu wilayah sangat menentukan.
Kredit merupakan salah satu mesin utama para pelaku ekonomi melakukan berbagai aktivitas ekonomi dan bisnisnya, baik untuk konsumsi dan terutama berproduksi. Kredit bukan saja dibutuhkan pihak yang mengalami kondisi deficit keuangan (financial deficit), yaitu pihak yang kemampuan keuangannya kurang dari kebutuhannya, namun juga bagi pihak yang kelebihan kemampuan keuangan (financial surplus).
Hal ini merupakan fakta di berbagai tempat, termasuk di Sulsel. Sehingga banyak pihak sudah menganggap bahwa kredit sudah merupakan vitamin vitalitas bagi darah segar guna meningkatkan produktivitas kinerja para pelaku ekonomi dan bisnis umumnya.
Salah satu pelaku ekonomi utama di Indonesia yang merupakan pangsa pasar kredit potensial yakni sektor UMKM, diantaranya karena jumlahnya terbanyak dari pelaku usaha yang ada, mencapai 64,2 juta atau lebih 98 persen pada tahun 2023.
Bergerak dalam macam-macam kegiatan ekonomi dan bisnis, sehingga perannya dalam perekonomian sangat dominan. Tercermin pada sharenya sebagai pembentuk pendapatan nasional (PDB) atau daerah (PDRB), rata-rata mencapai 60-65 persen, menyerap tenaga kerja rata-rata 95-97 persen, dengan Indeks Bisnis terus meningkat mencapai 105,1 persen pada kuartal I tahun 2023.
Dengan demikian UMKM memiliki peran penting dalam perekonomian Indonesia, baik sebagai sumber lapangan kerja, peningkatan pendapatan, dan pendorong pertumbuhan ekonomi inklusif. Sekaligus berperan sebagai penyedia jaring pengaman terutama bagi masyarakat berpendapatan rendah dalam jalankan kegiatan ekonomi produktifnya.