Di sisi lain, Gallant menekankan bahwa jika memungkinkan, Israel harus berusaha mengurangi tekanan dan memberikan ruang bagi Palestina dan warganua.
“Karena kami tidak ingin tekanan ini berubah dari insiden individu, betapapun berbahayanya, menjadi peristiwa lain,” tegasnya.
Dalam konteks ini, Gallant sekali lagi mengkritik pernyataan Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben Gvir baru-baru ini, yang dilaporkan ingin menolak masuknya semua Muslim Tepi Barat ke Temple Mount dan hanya mengizinkan Muslim Arab-Israel di atas usia 70 tahun untuk mengunjungi tempat suci tersebut selama Ramadhan.
“Ini negara demokratis, dunia digital. Di masa perang, semua orang mengatakan apa yang mereka inginkan – termasuk orang-orang yang seharusnya bertanggung jawab, namun ternyata tidak,” kata Gallant.
Masjid Al Aqsa berdiri di kompleks Haram Al Sharif atau Temple Mount di Kota Tua Yerusalem. Kompleks suci ini adalah salah satu yang tertua di dunia setelah Masjidil Haram.
“Pernyataan-pernyataan yang tidak bertanggung jawab ini hanya meningkatkan potensi peningkatan dramatis situasi saat ini, yang mana aktor-aktor seperti Iran dan Hizbullah berusaha sekuat tenaga untuk semakin mengacaukan stabilitas,” jelas Gallant.
“Oleh karena itu, kita perlu mengetahui bagaimana cara menangani masalah ini dengan baik. Memberikan rasa hormat kepada orang lain jika diperlukan, dan tidak menimbulkan tekanan di tempat yang tidak diperlukan. Sebaliknya, jika hal ini berubah menjadi hal lain, maka ketahuilah bagaimana harus bertindak,” ujarnya kepada pasukan IDF Komando Pusat yang aktif di Yudea dan Samaria.