FAJAR, MAKASSAR-Jaringan Aktivis Mahasiswa Unhas melakukan aksi bela demokrasi bertajuk “Unhas dan Indonesia Darurat Demokrasi”. Aksi ini Senin, 12 Februari 2024 di Pelataran Gedung Ipteks.
Dalam pelaksanaan pernyataan sikap tersebut, mahasiswa Unhas menyuarakan 10 tuntutan yang dianggapnya keramat menjelang pesta demokrasi. Tuntutan tersebut adalah sebagai berikut:
- Mengajak seluruh masyarakat Indonesia terkhusus seluruh mahasiswa Unhas agar menjadikan fenomena politik dinasti sebagai pembelajaran penting dalam berbangsa dan bernegara untuk menyongsong Indonesia yang kita kehendaki bersama
- Meminta KPU RI agar menyelenggarakan pemilu berdasar pada norma dan prinsip yang berlaku agar tercipta kontestasi demokrasi yang aman, damai, dan adil.
- Meminta Bawaslu RI agar menjadi pengawas pemilu yang berani menindak segala bentuk indikasi kecurangan dan atau ketidaknetralan ASN, TNI, Polri, serta pejabat Negara lainnya yang diperintahkan oleh undang-undang untuk netral.
- Mendesak Presiden Joko Widodo untuk meminta maaf kepada rakyat Indonesia atas pernyataannya tentang bolehnya Presiden berpihak dan berkampanye yang justru bertolak belakang dengan imbauannya pada tanggal 01 November 2023 bahwa ASN, TNI, Polri, dan pemerintah dari tingkat daerah hingga pusat harus netral pada Pemilu 2024.
- Menyayangkan adanya maklumat yang dikeluarkan oleh Rektor Unhas
- Mendesak Bahlil Lahadalia untuk segera meminta maaf kepada rakyat Indonesia terutama para guru besar atas pernyataannya bahwa gerakan guru besar adalah skenario politik pihak tertentu. Pernyataan Bahlil Lahadalia itu seolah melecehkan dunia akademisi dan otoritas kampus. Karena itu, sebagai mahasiswa Unhas, kami menganggap Bahlil Lahadalia sangat tidak pantas menjadi Anggota Wali Amanat Universitas Hasanuddin.
- Mendesak Senat Akademik Universitas Hasanuddin untuk segera menyatakan sikap terkait kondisi demokrasi bangsa hari ini mewakili Universitas Hasanuddin secara institusi.
- Meminta Senat Akademik Unhas untuk menjamin kebebasan akademik dan otoritas kampus.
- Mendesak Rektor Universitas Hasanuddin agar tidak memberlakukan pembatasan jam malam terhadap aktivitas kelembagaan mahasiswa.
- Mengajak seluruh mahasiswa Indonesia untuk ikut serta melakukan pembelaan terhadap demokrasi.
Berdasarkan penyampaian inisiator aksi, Firmansyah mengatakan, aspirasi yang dilayangkan itu merupakan bentuk kecaman terhadap rezim. “Kami sangat mengecam segala bentuk manuver politik yang dilakukan oleh Presiden Joko Widodo bersama para aktor-aktor politik yang mengekor di belakangnya,” ucap Firmansyah.
Bukan hanya itu, ia juga sangat menyayangkan kemerosotan demokrasi yang terjadi di lingkup Unhas. “Kami juga sangat menyesalkan dan menyayangkan pembungkaman kebebasan berkumpul, berserikat, dan berpendapat di lingkup Universitas Hasanuddin,” sesalnya.
Ia juga memberikan ultimatum kepada pihak-pihak bersangkutan terkait tuntutan yang dilayangkannya. “Apabila aspirasi kami tidak ditanggapi atau ditanggapi dengan cara yang tidak terhormat, maka kami akan menjadikan itu sebagai alasan untuk melakukan gelombang yang lebih besar untuk melakukan aksi perlawanan,” pungkasnya. (*/)