“Apalagi sekarang banyak masyarakat terjerat pinjol atau memiliki riwayat pinjaman bermasalah, itu harus dimitigasi segera,” katanya.
Founder Togika Group, Mustajab Mudji menambahkan, jika itu menjadi kebijakan maka sangat membantu masyarakat. Karena angsuran semakin ringan, maka akan semakin banyak yang punya kesempatan bisa memiliki rumah.
“Khususnya kaum millenial, semakin besar kesempatannya memiliki rumah, karena tenor panjang dan angsuran ringan. Kalau untuk rumah subsidi di Sulsel, jika kebijakan ini berlaku bisa angsuran sampai Rp600-700 ribu per bulan,” ujarnya.
Direktur Utama PT Togika Graha Bakti itu juga mengatakan sebenarnya tenor KPR panjang ini diadopsi dari KPR di Jepang. Ia berharap tahun ini sudah bisa dibuat pilot projectnya.
“Kami berharap program ini bisa segera realisasi, sehingga masyarakat punya pilihan waktu yang fleksibel saat mengajukan KPR, tenor panjang jadi pilihan untuk angsuran ringan,” harapnya.
Akan tetapi, ia melihat selama ini kemampuan pengembang dalam membangun masih di bawah dari jumlah kebutuhan. Salah satu penyebabnya adalah masalah ketersedian lahan, dimana kenaikan harga tanah, tidak sebanding dengan kenaikan harga rumah.
Sehingga, lanjutnya, semakin jauh ke pinggir pengembang untuk membangun perumahan. “Jadi mestinya pemerintah atau perbankan turun tangan dalam hal pembiayaan pengadaan lahan ini,” tuturnya. (sae)