FAJAR, MAKASSAR – Di tengah maraknya baliho yang menghiasi jalan-jalan, ternyata ada caleg tak memasang. Mereka menilai metode seperti itu kurang efektif. Kampanye tanpa memasang baliho ini salah satunya dilakukan calon anggota legislatif (caleg) DPR RI Dapil 2, Ismail Bachtiar. Bahkan, ia mengaku tak satu pun baliho ia pasang.
Ismail mengaku, punya pertimbangan. Salah satunya karena dari aspek estetika, pasang di jalan, pohon itu dianggap mengganggu pandangan. “Itu bagian dari polusi mata sebenarnya. Sehingga saya melihat itu sebagai salah satu hal tidak wajib,” ucap Ismail kepada FAJAR, Senin, 22 Januari.
Ismail pun menggenjot media sosial (medsos). “Saya punya di sosial media interaction satu bulan ini jumlahnya 700 ribu orang dan 80 persen orang yang berdomisili di Sulsel 2. Meskipun saya tidak tahu memilih atau tidak, tetapi setidaknya mereka lihat apa yang saya post,” ungkapnya.
Bagi Ismail, cara ini jauh lebih murah dan efisien. Selain memaksimalkan media sosial, Ismail juga memasifkan konsolidasi tim dan partai. Terpilih tanpa memasang baliho, telah ia buktikan Ismail pada Pemilu 2019. Dia berhasil duduk di kursi DPRD Sulsel dengan memperoleh suara menghampiri 16 ribu.
Anggota DPRD Sulsel ini pun sangat optimis lolos ke Senayan. “Kalau incumbent seratus ribu, berarti kita seratus ribu satu,” ujar caleg muda ini.
Pengamat pemilu, Faisal Amir menilai, yang paling efektif memang adalah bertemu langsung dengan pemilih. Akan tetapi, gambar itu tidak perlu. “Baliho, banner, dan APK (Alat Peraga Kampanye) lainnya itu tetap penting,” katanya.
Kata dia, semua calon, khususnya caleg itu butuh suara banyak. Sementara caleg bekerja sendiri-sendiri, bukan dengan partai. “Dan terlalu banyak orang kalau dia mau datangi semua. Maka gambar tetap perlu untuk memperkenalkan diri,” ujarnya.
Sosialisasi surat suara dengan baliho juga dinilai bagus. “Jadi saya sarankan kepada caleg itu untuk menggunakan itu,” saran mantan Ketua KPU Sulsel itu. (mum/*)
