Kobaran semangat pertempuran dari Laut Aru, mengantarkan Yos Soedarso — suami dari Siti Kustini dan ayah dari lima anak ini — dianugerahi gelar Pahlawan Nasional. Bagi TNI AL, tanggal 15 Januari diabadikan sebagai Hari Dharma Samudera.
Pantang Surut
Dalam sejarah konfrontasi militer Indonesia dan Belanda di Laut Aru, KRI Matjan Tutul tenggelam bersama puluhan jiwa raga putra terbaik bangsa. Nama Yos Soedarso, merupakan sosok pelaku sejarah yang melekat dalam kisah pertempuran Laut Aru. Semangat pertempuran yang bergelora dari putra kelahiran Salatiga pada 1925 itu, ditunjukkan ketika mengambil alih pimpinan misi.
Sikap kepahlawanan, pantang menyerah dan inisiasi yang berani dari Yos Soedarso patut menjadi spirit dalam melakoni kehidupan berbangsa dewasa ini. Tantangan sekarang tentu lebih beragam wujud dan coraknya, termasuk berbeda kuantitas dan kualitasnya.
Derap pembangunan pun harus dikawal, karena tidak sedikit gelar pembangunan yang mengatasnamakan masyarakat justru terkesan tidak menyentuh masyarakat secara langsung. Fatalnya lagi, negeri beribu pulau yang bernama Indonesia ini sering dijuluki soft state karena dinilai mengalami ketidakpercayaan diri.
Olehnya itu, mungkin tak terbantahkan jika saatnya kini mengembangkan sikap nasionalisme melalui diseminasi heroisme Yos Soedarso. Diseminasi dalam konteks ini diterjemahkan sebagai penyebaran informasi yang interaktif sehingga mendapat umpan balik berupa kesadaran dan keinganan mengubah prilaku ke arah yang lebih baik dan benar.