Oleh: Nurhapsah*
Politik perlu kritik. Keterlibatan generasi muda sangat menentukan demi transformasi demokrasi.
Pemilihan presiden (pilpres) kali ini benar-benar menciptakan gebrakan baru dalam perpolitikan Indonesia. Kampanye yang kreatif dan penuh warna dari setiap pasangan calon, berhasil menarik perhatian pemuda yang mungkin sebelumnya mungkin kurang tertarik atau bahkan buta terhadap dinamika politik.
Meskipun tidak semua generasi muda melek politik, adanya pengamat dan pengkritik dari kalangan muda, terutama di platform media sosial seperti TikTok, memberikan dimensi baru dalam analisis setiap kandidat. Penggunaan TikTok sebagai saluran untuk menyampaikan gagasan politik oleh generasi muda juga menciptakan peluang untuk menggerakkan kesadaran publik dan memobilisasi partisipasi dalam isu-isu penting.
Melalui keragaman pendapat ini, platform media sosial dapat menjadi sarana untuk membangun dialog dan pemahaman yang lebih mendalam di antara generasi muda. Debat pilpres menjadi panggung penting, terutama yang aktif di media social. Mereka berperan sebagai penonton kritis.
Analisis Argumentasi
Mereka bukan hanya sekadar pengguna media, melainkan telah menjadi pengamat yang mampu mengevaluasi setiap argumentasi dan kebijakan dari para calon pemimpin. Keterlibatan pemuda sebagai kritikus politik menunjukkan bahwa mereka makin menyadari kebijakan politik berdampak langsung pada kehidupan mereka.
Dalam mengkritik, tentu diperlukan toleransi terhadap beragam pandangan. Pemuda harus mampu memahami perbedaan pendapat dan berdiskusi secara konstruktif demi mencapai pemahaman yang lebih mendalam. Dengan demikian, peran anak muda tidak hanya sebagai penonton, tetapi juga sebagai agen perubahan yang dapat memengaruhi arah politik dengan kritik yang cerdas dan bertanggung jawab.