FAJAR, WAJO-Pelestarian lingkungan bukanlah tanggung jawab pribadi melainkan tanggung jawab bersama. Atas kesadaran tersebut menjadi sebab aksi nyata peduli lingkungan Komunitas Danau Biru berkolaborasi dengan mahasiswa Perairan Universitas Puangrimaggalatung menyusuri pesisir Danau Tempe Kabupaten Wajo, Minggu (24/12/2023).
Kegiatan berlangsung di Desa Nepo yang merupakan salah satu kawasan wisata di pesisir Danau Tempe. Aksi peduli lingkungan dilakukan dengan model study tour di mana mahasiswa yang hadir terlebih dahulu diberikan pemahaman terkait lingkungan ekosistem perairan Danau Tempe. Pengenalan berbagai organisme yang menghuni Danau tempe seperti jenis ikan, burung, vegetasi perairan atau pun yang tumbuh di peisisr danau, aktivitas nelayan sampai budaya masyarakat pesisir danau yang kesemuanya memberikan pengeruh terkait kelestarian ekosistem Danau tempe.
Harmin Adijaya Putri selaku pemandu kegiatan sekaligus Founder dari Komunitas danau Biru menjelaskan perubahan ekosistem perairan serta berbagai aktivitas yang dapat memberikan dampak negatif bagi keberlangsungan organisme penghuni Danau tempe. Habitat ikan mulai berkurang di, seperti ikan Boloso/Bungo yang khas di Danau tempe.
Penyebabnya bisa karena sedimentasi danau namun penyebab utamanya karena pencemaran akibat aktivitas masyarakat, termasuk kegiatan pertanian yang menyisahkan residu bahan kimia dari pupuk sehingga mencemari perairan. Biota burung pun perlahan berkurang seperti burung Lawase sebagai burung endemik khas Danau Tempe sudah sangat langka. Selain itu burung-burung imigrasi dari Australia sudah jarang ditemui dimana sebelumnya ekosistem Danau Tempe menjadi tempat persinggahan burung-burung berimigrasi. Hal tersebut menandakan bahwa terjadi degradasi mutu ekosistem Danau Tempe yang tidak lagi menjajnjikan Burung imigrasi untuk singga.
“Reklamasi pun tidak cukup baik bagi biota perairan. Mungkin bagi masyarakat untuk meminimalisir banjir tetapi hal tersebut tidak cukup menjamin memcegah banjir di peisisr Danau Tempe dan justru sangat jelas menjadi salah satu penyebab terganggunya keseimbangan biota Danau Tempe,” ucapnya.
Selain itu, penyebab kerusakan suatu ekosistem paling utama saat ini yaitu keberadaan sampah. Peningkatan jumlah penduduk selalu beriringan dengan meningkatnya aktivitas manusia yang tidak pernah terlepas dari sampah terutama sampah plastik. Cara kerja alam dalam mengurai partikel plastik sangatlah lamban sehingga butuh kesadaran penuh dari manusia. Hal itu ditekankan oleh Harmin Adijaya Putri pada mahasiswa untuk menumbuhkan bibit-bibit kesadaran bagi genarasi muda perihal besarnya dampak negatif yang ditimbulkan oleh sampah.
”Sampah adalah musuh kita semua. Partikel-partikel sampah yang masuk ke perairan di konsumsi oleh ikan yang kemudian di konsumsi oleh manusia sehingga secara tidak langsung manusia makan sampah. Inilah pentingnya kesadaran generasi muda untuk lebih peduli terhadap lingkungan. Kami juga berharap pemda Kabupaten Wajo dapat menyediakan fasilatas pembuangan sampah setiap daerah terkhusus pesisir danau tempe yang menjadi tempat wisata,” ungkapnya.
Mahasiswa juga turut berpartisipasi sebagi bentuk aksi nyata dari kesadaran yang mereka peroleh. Mereka pun senang karena kegiatan ini menimbulkan kepedulian lebih akan pentingnya pelestarian lingkungan.
Kegiatan bersih-bersih sampah merupakan langkah kecil mencegah pencemaran danau tempe dan meningkatkan kesaran masyarakat terutama genarasi muda. Pemahaman teori haruslah sejalan dengan aksi sebab kepedulian akan lingkungan tidak akan berdampak jika sebatas argumentasi. (edo)