Tak Tergantikan
Peran ibu terlihat jelas pada kedudukannya sebagai pendidik generasi bangsa, memberikan bimbingan tanpa keluh kesah. Syekh Muhammad bin Shaleh al-Utsaimin berkata: “Sesungguhnya kaum perempuan memiliki peran yang sangat penting dalam memperbaiki kondisi masyarakat yang ditempuh dari dua sisi yaitu perbaikan kondisi di luar rumah dan di dalam rumah, tugas mulia di dalam rumah inilah umumnya disandarkan kepada kaum perempuan (ibu)”.
Hal ini dipertegas dengan sebuah syair Arab: ”Ibu adalah madrasah (tempat pendidikan), jika menyiapkannya berarti kita menyiapkan lahirnya sebuah masyarakat yang baik budi pekertinya”.
Semangat juang kaum ibu memang pantang surut, terwariskan turun-temurun tanpa limitasi waktu dan spektrum kehidupan. Figur ibu yang “berdaya” dalam mendidik generasi bangsa, patut digelorakan secara berlanjut dan berkesinambungan untuk mewujudkan Indonesia maju.
Harus diakui, generasi yang baik karena “sentuhan” tangan lentik sang ibu secara simultan akan melahirkan pemimpin-pemimpin bangsa yang hebat dan bermartabat. Relung kasih sayang, pengorbanan dan kesucian hati seorang ibu, merupakan daya hebat dalam pembentukan kekuatan generasi bangsa.
Beragam personifikasi keberdayaan kaum ibu, merupakan bukti konkret keistimewaan eksistensi kaum ibu. Tiada kata terlambat untuk mengungkapkan rasa sayang terhadap ibu, baik secara lisan maupun dalam wujud prilaku. Pesan para orang bijak: “Lebih baik ibu masih marah kepadamu, daripada dia hanya diam membisu dari tangis hatinya yang paling dalam”.
Dalam perenungan ini, tak terasa air mata membasahi pipi. “Ibuku, malaikatku”, gumamku. Teringat kisah tentang seseorang yang bertanya kepada Abdullah bin Umar, putra Umar bin Khaththab: “Wahai Ibnu Umar, menurut pendapatmu apakah sudah lunas utang budiku atas kebaikan-kebaikanku pada ibuku?”. Ibnu Umar menjawab dengan tegas: “Belum, walau sekedar satu erangan ibumu ketika melahirkanmu”.
Luar biasa… tersenyumlah ibu, sosokmu tak tergantikan, doa-doamu selalu terijabah menembus sekat cakrawala. (*)