English English Indonesian Indonesian
oleh

90 Persen Tangki Septik Tidak Pernah Disedot, Sanitasi Aman Harus Dimasifkan

FAJAR, MAKASSAR-Dua mahasiswa Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Unhas, Azzahara Fitria dan Nur Asyifah memaparkan hasil surveinya terkait sanitasi di Pinrang dan Sidrap.

Azzahara Fitria menjelaskan, akses sanitasi aman itu fasilitas sanitasinya dimiliki oleh rumah tangga yang terhubung dengan tangki septik. “Akses sanitasi yang masuk kategori aman itu umumnya disedot rutin satu kali selama 3-5 tahun dan dibuang ke instalasi pengolahan tinja,” jelasnya saat event Gala Sanitasi Aman untuk Anak Muda di Unhas Hotel & Convention, Kamis, 7 Desember 2023.

Hasil surveinya kata dia, juga menemukan 86 persen rumah tangga memiliki sumber air bersih berasal dari sumur dan 11, 85 persen memiliki kedalaman muka air tanah di bawah 2 meter.

Nur Asyifah menambahkan, kepemilikan tangki septik yang mereka temukan yakni, 90, 75 persen memiliki dan 9,25 persen tidak memiliki. Namun, 90 persen tangki septik tidak pernah disedot dan 40 persen masyarakat membangun sumur dekat septic tank. “Jadi 9 dari 10 rumah tangga tidak melakukan penyedotan tangki septik dengan 4 di antaranya membangun sumur dekat dengan tangki septik,” jelas Nur Asyifah.

Meskipun demikian, temuan mereka, 86 persen rumah tangga ternyata bersedia melakukan penyedotan tinja secara berkala, namun urung dilakukan karena tidak mengetahui alurnya. “Dibutuhkan perhatian stakeholder,” jelas Nur Asyifah.

Diketahui, Gala Sanitasi Aman “Kampanye Sanitasi Aman oleh Anak Muda untuk Semua” ini dibuka Ketua Gugus Penjamin Mutu, FKM Unhas, Prof Hasanuddin Ishak. Hadir juga Kepala Kantor Perwakilan UNICEF-Indonesia Wilayah Sulawesi dan Maluku, Henky Widjaja yang memberikan arahan.

Ia menyebutkan, alasan pelibatan anak muda. Itu karena, saat ini Gen Z menguasai 60 persen komunikasi jaringan internet dalam berbagai media sosial dan berbagai platform online. “Untuk itu, kami telah memberikan kesempatan kepada beberapa mahasiswa FKM Unhas untuk melakukan pendataan kondisi sanitasi di masyarakat, sekaligus melakukan promosi sanitasi aman,” ungkapnya.

Talkshow interaktif tersebut bukan hanya diisi Azzahara Fitria dan Nur Asyifah, tetapi juga Lidiastuty Anwar yang merupakan, Social Behavior Change and GESI Specialist untuk program USAID IUWASH Tangguh wilayah Sulsel dan Papua.

Lidiastuty memaparkan tantangan membangun sanitasi aman. Itu karena isu sanitasi dianggap kurang menarik. “Ini kan tidak kelihatan jadi dianggap kurang menarik, padahal sangat berdampak pada kesehatan,” ungkapnya.

Pengetahuan masyarakat kata dia, masih kurang. Termasuk paradigma tangki septik dominan tidak kedap. Kemudian, tidak adanya lahan untuk tangki septik pengganti karena dianggap bukan kebutuhan prioritas. Padahal, sangat dibutuhkan tangki septik yang aman.

Alasannya, pertama, tinja mengandung puluhan miliar kuman yang menjadi sumber penyakit. Kedua, tangki septik memberikan solusi agar tinja tidak mencemari sumber air dan lingkungan, serta menjadi sumber penyakit. Ketiga, tangki septik berfungsi tempat penampungan dan pengolahan tinja sementara, di mana terjadi penguraian secara anaerobik (pengolahan air limbah dengan mikroorganisme tanpa injeksi oksigen ke dalam proses).

Kegiatan ini kolaborasi bersama dengan Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin, Yayasan BaKTI yang didukung UNICEF-Indonesia. Kegiatan ini menghadirkan lebih kurang 300 peserta dari unsur mahasiswa dan dosen Unhas. Sejumlah sekolah-sekolah tinggi kesehatan di Makassar serta perwakilan stakeholder pemerintah dari provinsi, kabupaten mitra program UNICEF dan Yayasan BaKTI, dan organisasi non-pemerintah hadir. (*/ham)

News Feed