Oleh : Ridha Rasyid*
Ada kecenderungan baru di tahun politik dan pesta demokrasi di Indonesia ini, yang nyaris tidak pernah ada dibelakang negeri manapun. Ketika menghubungkan antara politik kekuasaan dengan jogetan ala orang tua yang seakan-akan mendeskripsikan generasi milenial, Y, dan Z.
Penggambaran yang menurut hemat saya menghinakan generasi muda yang antusias dengan sains, teknologi, dan pelbagai inovasi yang ada dalam benak mereka. Juga sejumlah gagasan dan ide kreatif yang menginginkan mengembangkan diri dan memajukan bangsanya. Ini sungguh ironi asosiasi berpikir dan menyatakan seakan-akan generasi muda ini hanya doyan hura-hura atau yang berkaitan dengan kegiatan tanpa arti yang jelas.
Artikulasi dari penggambaran tersebut justru bersebrangan dengan apa yang sesungguhnya ingin dilakukan oleh mereka ini. Bahwa generasi milenial, Y, dan Z itu adalah bonus demografi yang punya wawasan dan harapan cemerlang pada masa depan, bukan dikucilkan oleh cara berpikir pragmatis dan nyaris tidak kritis. Ada beberapa aspek yang seharusnya menjadi sumbangsih pikir positif pada tahun politik atau upaya apa yang dapat diwariskan kepada generasi muda ini sebagai sebuah legacy memahamkan tentang makna demokrasi, politik, dan kekuasaan itu mesti dijalankan.
Pertama bahwa sebagai generasi muda dan dalam pembentukan jati diri, tentu mereka membutuhkan keteladanan dari para elite politik, tokoh public, dan tokoh masyarakat yang dapat mereka jadikan panutan. Kedua dalam pencarian jati diri, mereka memerlukan filter, yakni kearifan lokal yang melekat dan tumbuh di lingkungan mereka beraktivitas.
Bahwa jiwa nasionalisme itu ada dari rangkaian adat dan budaya bersemai di daerahnya akan menjadikan mereka mengakui akan adanya dampak sosial untuk pembentukan karakteristik diri itu.
Ketiga yang terpenting adalah kecerdasan yang dimiliki itu diasah sedemikian rupa sehingga menjadi suatu modal dalam mengembangkan diri dan ilmu pengetahuan yang sedang digumulinya. Oleh karena kecerdasan dalam sains dan kecerdasan spritual dalam bingka etika seyogianya ditanamkan kepada mereka.
Keempat memberi kesempatan pada mereka untuk ikut serta dalam pesta demokrasi, sehingga mereka memahami akan arti penting politik dan demokrasi bagi keberlanjutan satu negara. Bila pun itu belum seutuhnya mencerminkan peran mereka tepat paling tidak , dengan keikutsertaan mereka dalam pergumulan politik yang demokratis, mereka tahu akan cara peralihan kepemimpinan dan kekuasaan itu dilangsungkan.
Narasi Cerdas
Narasi cerdas dalam politik dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menyampaikan pesan atau agenda politik dengan cara yang efektif dan memikat pendengar atau audiens. Seorang politisi dengan narasi cerdas akan mampu mengomunikasikan visi dan misi politiknya dengan jelas dan persuasif, baik melalui pidato maupun media sosial.
Dalam praktiknya, narasi cerdas dalam politik bisa diarahkan untuk memengaruhi pemilih untuk memilih calon tertentu atau mendukung pandangan politik yang disampaikan. Narasi cerdas juga dapat mengubah persepsi publik mengenai suatu isu politik dan meningkatkan dukungan masyarakat untuk suatu kebijakan politik.
Untuk memiliki narasi cerdas efektif, seorang politisi perlu memiliki pemahaman yang mendalam tentang isu-isu politik yang relevan, serta kemampuan untuk memahami dan berkomunikasi dengan audiens dengan cara yang sesuai dan mudah dipahami. Narasi cerdas juga harus mempertimbangkan khalayak penonton dan memahami sikap dan kebiasaan audiens dalam menerima pesan politik.
Mungkin beberapa contoh politisi yang memiliki narasi cerdas yang efektif antara lain Barack Obama, Bernie Sanders, dan Jacinda Ardern.
Barack Obama dikenal sebagai salah satu orator yang paling berbakat dalam dunia politik dalam dekade terakhir. Ia mampu menghadirkan narasi yang menginspirasi dan mempersatukan orang-orang dari berbagai latar belakang. Pidato “Yes, We Can!” pada kampanye Pilpres Amerika Serikat 2008 menjadi contoh nyata bahwa Barack Obama mampu menghadirkan narasi cerdas yang memotivasi masyarakat Amerika Serikat.
Bernie Sanders merupakan politisi AS yang dikenal dengan retorika populisnya, terutama dalam masalah pengurangan kesenjangan sosial dan akses kesehatan. Sanders mampu memengaruhi banyak pemilih dengan narasinya yang tegas, dengan mengkritik sistem politik yang korup.
Jacinda Ardern dari Selandia Baru juga menjadi contoh politisi dengan narasi cerdas yang efektif. Narasinya yang empatik pada saat terjadinya penembakan di Christchurch, melalui kalimat “they are us” menjadi narasi cerdas yang dapat mempersatukan masyarakat Selandia Baru pada saat yang sulit tersebut. Narasi cerdas Ardern dengan cepat memperoleh dukungan di seluruh dunia, diakui dan diikuti oleh banyak orang yang menghargai kebijakan politik progresif yang dipimpinnya.
Banyak Figur
Semua politisi ini mampu menghadirkan narasi cerdas yang efektif, menginspirasi banyak orang dan dapat mempengaruhi kebijakan politik serta mempersatukan masyarakat. Selain ketiga politisi di atas, ada beberapa lagi politisi dengan narasi cerdas yang efektif. Di antaranya Alexandria Ocasio-Cortez (AOC), politisi Amerika Serikat muda yang dikenal karena narasinya yang tegas dan jelas. Ia memperjuangkan isu-isu seperti perubahan iklim dan kesetaraan sosial.
Justin Trudeau, Perdana Menteri Kanada yang dikenal karena narasinya yang progresif dan inklusif. Ia memperjuangkan isu-isu penting seperti hak LGBT dan keanekaragaman di Kanada.
Angela Merkel, Kanselir Jerman yang dikenal karena narasinya yang tegas dan diakui secara global ketika ia mampu memimpin negaranya melewati masa sulit pasca krisis keuangan global yang terjadi pada tahun 2008.
Emmanuel Macron, Presiden Prancis yang termasuk golongan politisi baru dengan konsep narasi politik yang unik dan progresif. Ia memperjuangkan isu seperti integrasi Eropa dan lingkungan hidup.
Semua politisi ini mampu menghadirkan narasi cerdas dan efektif dengan merujuk pada pengalaman hidup mereka sendiri dan memperjuangkan isu-isu penting yang relevan dengan negara mereka dan dunia. Serta, mereka mampu mempengaruhi publik untuk meraih tujuan politik mereka. (*)
*Penulis adalah Pemerhati Pemerintahan di Makassar