Kemiskinan nelayan desa-desa pesisir di Indonesia menggambarkan hal tersebut. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, jumlah penduduk miskin di wilayah pesisir Indonesia pada tahun 2022 mencapai 17,74 juta jiwa. Sebanyak 3,9 juta jiwa di antaranya masuk kategori miskin ekstrem. Jika penduduk miskin di Indonesia pada 2022 berjumlah 26 juta jiwa (data September 2022 adalah 26,16 juta jiwa), kemiskinan wilayah pesisir menyumbang 68 persen dari total angka kemiskinan di Indonesia.
Pada masa yang akan datang, situasi ini akan semakin memburuk akibat krisis iklim. Penelitian Litbang Kompas (2023) menyebut, pada tahun 2030 jumlah nelayan (dan juga petani) sebanyak 926.492 orang akan meninggalkan pekerjaannya saat ini akibat krisis iklim maupun proyek-proyek iklim. Angka ini merupakan kehilangan yang sangat besar bagi Indonesia sebagai negara bahari sekaligus kepulauan terbesar di dunia.
Dua klaim presiden Jokowi yang disampaikan tentang transisi energi yakni mempercepat penggunaan energi terbarukan dan menurunkan penggunaan batubara adalah klaim yang tidak menginjak realita mengingat bauran energi terbarukan di Indonesia masih tidak beranjak dari angka 12 persen, yang mana masih jauh dari target pemerintah sendiri untuk mencapai bauran 23 persen pada 2025, apalagi jika untuk selaras dengan target iklim 1,5 derajat Celcius sesuai Perjanjian Paris sebagaimana sudah diskenariokan Badan Energi Internasional (IEA) misalnya, bahwa bauran energi terbarukan Indonesia harusnya mencapai 60 persen pada 2030.