English English Indonesian Indonesian
oleh

Curi Start & Kampanye

Di jalan-jalan kita dapat menyaksikan baliho-baliho dengan gambar para calon yang “tersenyum manis” kepada siapa saja yang melihatnya. Ini menunjukkan betapa para calon tersebut begitu “ramah” kepada siapapun menjelang Pemilu. Mereka tidak saja “ramah”, tapi mereka juga pandai memanfaatkan momen di tengah kemarau yang melanda. Ketika banyak orang kekurangan air, para caleg datang dengan tandon penuh air untuk dibagi-bagikan kepada masyarakat di daerah pemilihannya (Dapil). Di satu sisi, ini menguntungkan masyarakat di daerah pemilihan yang bersangkutan. Di sisi lain, masyarakat semakin terjepit oleh harga air yang meningkat tajam karena air menjadi semakin terbatas akibat diborong oleh caleg tertentu. 

Jika air dapat dijadikan sebagai “alat kampanye” untuk memenuhi kebutuhan air masyarakat,  maka listrik harusnya juga bisa dijadikan sebagai “alat kampanye”. Tapi hingga kini belum ada calon yang tertarik menjadikan listrik sebagai “alat kampanye” mereka, mungkin takut kesetrum. Padahal setiap hari kita diganggu dengan pemadaman listrik hingga berjam-jam, sehingga banyak aktivitas terganggu, di rumah maupun di kantor. Bahkan alat-alat elektronik, seperti air condition, banyak yang rusak karena pemadaman tersebut. Kemarau yang berkepanjangan mengakibatkan kondisi debit air yang menjadi sumber utama Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) turun drastis dan mengakibatkan berkurangnya pasokan listrik. Meski hujan telah mulai turun, tapi pemadaman masih berlangsung, konon karena pasokan listrik yang masih tetap terbatas.

News Feed