FAJAR, GOWA-Departemen Sastra Daerah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin, pada Sabtu, 25 November 2023, menggelar pengabdian masyarakat di desa Jennetallasa, Kabupaten Gowa. Acara tersebut bertujuan untuk mengoptimalkan pengajaran bahasa Makassar bagi guru bahasa daerah di wilayah tersebut.
Acara dihadiri oleh 24 guru SD dan SMP dari berbagai sekolah di Kabupaten Gowa. Prof. Gusnawaty, Ketua Departemen Sastra Daerah, menekankan pentingnya pengajaran bahasa daerah sebagai identitas diri dalam era globalisasi.
“Anak-anak kita harus paham tentang kekayaan budaya mereka, tidak semua suku bangsa di dunia ini itu punya aksara atau bahasa daerah. Maka sangat penting agar pembelajaran bahasa daerah wajib ada di sekolah,” ujarnya.
Menurut kurikulum DEPDIKNAS bahasa daerah berfungsi untuk mengembangkan kemampuan bernalar, berkomunikasi, dan mengungkapkan pikiran atau perasaan serta melestarikan aset nasional di daerah.
Jadi memang tidak ada tawar-menawar tentang pembelajaran bahasa daerah ini, akan tetapi yang lebih penting lagi adalah penyedian SDM pengajar bahasa daerah dan kami di departemen sastra daerah Unhas siap menyiapkan SDM tersebut.
Materi pertama membahas tentang penerapan metode “sulo” dalam pengajaran bahasa tulis lontarak untuk peserta didik. Penerapan metode Sulo merupakan bentuk panduan membaca teks beraksara Bugis (Lontara) yang dirancang dengan konsep khusus bagi pemelajar pemula, yakni berlajar dari nol (start from zero).
Metode Sulo menyajikan materi dalam tiga kompetensi, yaitu kaidah bentuk dan bunyi aksara, sistem penulisan aksara, dan penguasaan pembacaan kata hingga level wacana.
Materi pembelajaran metode Sulo tersebut disusun untuk menjadi acuan bagi guru-guru bahasa daerah dalam penyajian pelajaran keterampilan membaca bagi pemelajar, terutama bagi pemula. Tidak terkecuali bagi pembelajar yang bahasa ibunya bukan bahasa Bugis. Materi ini dibawakan Basiah, S.S, M.A. Dosen Sastra Daerah Unhas
Materi kedua tentang inovasi dan konten media pembelajaran. Media Pembelajaran Inovasi adalah suatu pengembangan
media pembelajaran tepat guna, yang baru dan memiliki kebaruan, serta mampu memecahkan persoalan pembelajaran.
Pada dasarnya media pembelajaran menjadi sebuah perantara ataupun penyalur pesan yang digunakan oleh guru sebagai komunikator kepada siswa-siswinya sebagai penerima pesan, dimana pesan ini berupa materi pembelajaran. Media pembelajaran itu sendiri perlu dibuat sedemikian rupa agar mampu menarik perhatian, perasaan, dan keinginan siswa-siswi untuk mengikuti proses pembelajaran yang menyenangkan.
Salah satu contohnya adalah menginstal font/ karakter lontarak di hp siswa, bikinkan WA grup dan chatingan dengan font/ karakter lontarak, lewat media sosial, instagram atau tiktok misalnya, jadi mereka mengapload foto, video mereka dengan keterangan menggunakan font lontarak atau pesan-pesan falsafah bahasa makassar ini bagusnya untuk anak SMP atau SMA .
Hal ini akan menambah gairah mereka belajar, tapi tentu saja ada aturan main penggunaan gawai di sekolah. Lewat video-video pembelajaran, tebak gambar khusunya dua metode ini bagus untuk anak sekolah dasar. Ungkap oleh Dr. Firman Saleh salah satu dosen Sastra Daerah Unhas yang membawakan materi kedua.
Materi sesi tiga tentang pembelajaran bahasa makassar berbasis colaborative learning dan case study dibawakan oleh Dr. Ery Iswary yang juga merupakan Dosen Sastra Daerah dan juga Kaprodi S2 Linguistik Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin.
Metode colabarative adalah pembelajaran yang mengedapkan kerjasama atau belajar bersama. Untuk sekolah dasar khususnya pembelajaran harus lebih menyenangkan, mereka masih masih suka bermain bersama, jdi materi-materi pembelajaran diarahkan dalam bentuk permainan.
Secara tidak sadar, mereka bermain namun juga belajar menulis dan membaca dan yang paling penting mereka saling berkolaborasi dari awal kita ajarkan bekerjasama. Banyak hal yang bisa kita ajarkan dan materi ajarnya ada dikeseharian mereka. Misalnya nama kampungnya, apa artinya, materi ini mau tidak mau akan melibatkan orang tua mereka masing-masing, terjadi kolaborasi antara guru, siswa dan orang tua dalam proses pembelajaran.
Muhammad Arfah salah satu peserta daru Guru SMP 1 Barombong mengatakan bahwa kami materi-materi sangat menarik, kami saja sebagai guru seru mendengar paparan dan contoh metode pembelajarannya, sangat sederhana dan sangat milenial.
Siswa didik pasti akan lebih senang belajar bahasa daerah dan menjadikan mata pelajaran ini menjadi kesenangan mereka. Namun memang ini akan lebih membuat guru-guru harus menyisihkan banyak waktu menyiapkan bahan dan materi ajarnya. Tapi saya kira ini tidak masalah karena bagian dari tugas kita sebagai guru.
Satriani, guru dari SMP 4 Bontonompo mengatakan bahwa saya kira dari tiga materi yang dipaparkan sangat memberi kami para guru-guru yang ikut pada kegiatan ini sangat beruntung dan pikiran kami jadi lebih terbuka. Ternyata materi dan bahan ajar sangat sederhana dan sering kita gunakan dalam keseharian kita. Sepeti hp, medsos, youtube semua bisa dijadikan media pembelajaran yang kreatif, tentunya para siswa akan senang karena memang itu adalah dunia mereka, tutupnya.
Ketua Panitia pengabdian masyarakat Dr. Sumarlin Rengko mengatakan, para guru-guru peserta ini berasal dari komunitas Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGP) Bahasa Daerah sekabupaten Gowa, juga ada dari Himpunan Pelestari Bahasa Daerah (HPBD), Satupena Sulawesi Selatan dan tentunya karena dukungan dari Dinas Pendidikan Kabupaten Gowa hingga semua peserta bersemangat untuk datang seusai mereka upacara peringatan Hari Guru Nasional. (*/)