FAJAR, MAKASSAR-Asosiasi Perguruan Tinggi Katolik (APTIK) menggelar pertemuan dalam rangka membahas persoalan Daerah Tertinggal Terdepan dan Terluar (3T) dalam Rangka Pemerataan Pembangunan di Indonesia, pada Jumat, 20 Oktober.
Ketua APTIK, Prof BS Kusbiantoro mengungkap bahwa salah satu masalah yang harus disoroti adalah ketimpangan dalam pembangunan perkotaan dan pedesaan, khususnya di daerah 3T. Daerah 3T merujuk kepada wilayah-wilayah di Indonesia yang menghadapi tantangan pembangunan yang signifikan. Wilayah-wilayah ini termasuk pulau-pulau terluar, daerah pedalaman, dan wilayah dengan akses yang terbatas.
Menurut Prof Kusbiantoro, Daerah 3T masih mengalami persoalan besar seperti kemiskinan, akses
pendidikan yang terbatas, persoalan stunting, serta taraf layanan dan kualitas kesehatan yang rendah, serta masih banyak isu lainnya yang perlu dibahas dan dicarikan solusi.
Daerah-daerah 3T mengalami ketidaksetaraan dalam berbagai indikator pembangunan, yang memerlukan perhatian serius. Permasalahan di Daerah 3T mulai dari kemiskinan, pendidikan, dan masih banyak lagi. Permasalahan ini, kata dia, tidak bisa dipecahkan sendiri, tapi harus melalui kolaborasi-kolaborasi dalam hal ini antar perguruan tinggi Katolik maupun lainnya. Sebab dengan berkolaborasi masalah-masalah yang ada dapat dipecahkan, meskipun pelan, sebab masalah sebesar Indonesia tidak bisa dipecahkan dalam waktu singkat tapi butuh waktu panjang.
Wakil Ketua APTIK, Yulius Yasinto mengungkap bahwa topik atau isu di atas lebih penting dari isu apapun. Isu tersebutlah, kata dia, yang harus disoroti dan digembor-gemborkan. Isu 3T dan masalah di dalamnya inilah yang akan konsen di bahas oleh pertemuan beberapa perguruan tinggi kristen yang tergabung dalam APTIK.