Namun begitu, jiwa enterpreneurnya tidak hilang. Dia kembali merintis usaha travel. Saat itu dia mulai mengalami kendala, sebab tahun 2005 dia terangkat sebagai PNS. Rutinitas itu dia jalani sekitar enam tahun, sampai akhirnya dia meninggalkan PNS-nya. Sayangnya, usaha travelnya bangkrut hingga miliaran rupiah, setelah bangkrut miliaran rupiah, setelah rekanannya tersandung kasus hukum. Akhirnya, dia beralih ke usaha bakso.
”Saya bikin usaha bakso tahun 2015. Sekarang masih ada di kantin Pelindo, Pelabuhan Soekarno Hatta. Kemudian tahun 2019 masuk UMKM dan dapat NIB, itu yang usaha madu ini,” imbuhnya.
Usaha madunya inilah yang mulai naik. Begitu juga dengan Abon Pallu Ce’lanya. Pasarnya lyas, bahkan sampai ke luar negeri. Itu sebabnya dia mendapat predikat sebagai salah satu UMKM terbaik binaan Permodalan Nasional Madani (PNM).
Berkembangnya usaha madu dan abon milik Ariani ini tidak lepas dari peran PNM. Sebab, semenjak bergabung menjadi nasabah Mekaar pada 2019 lalu, pasarnya kian luas. Itu berkat jejaring yang dimiliki PNM.
”Saya banyak pameran di Jakarta, produk saya mulai naik dan sudah sampai ke luar negeri. Memang belum masif ekspor, tetapi buyer yang bawa. Ini berkat PNM, ternyata bantuan promosinya jauh lebih besar dibanding bantuan modalnya,” terangnya.
Khusus untuk produk abonnya, Ariani menangkap peluang dari melimpahnya produksi ikan di Sulsel. Dia menggunakan ikan tuna segar dari pelelangan ikan di Lelong dan Beba. Namun dia juga tidak jarang menggunakan potongan ikan yang tidak masuk ekspor.