FAJAR, MAKASSAR-ASEAN High-Level Forum (AHLF) Indonesia 2023 resmi ditutup oleh Menteri Sosial RI Tri Rismaharini, di Makassar, kemarin. Dalam dua hari diskusi berlangsung, lahir sejumlah rekomendasi pembangunan dan kemitraan inklusif disabilitas dengan tajuk “Makassar Recommendation”.
Sebanyak 10 rekomendasi secara umum berisi: implementasi masterplan (AEM) 2025 berbasis 3 pilar ASEAN: 1) sosio kultural, ekonomi, dan politik-keamanan; 2) tinjauan nasional AEM melibatkan disabilitas; 3) pembangunan iklusif sebagai visi 2045; 4) langkah nyata mitra ASEAN penyediaan lingkungan yang ramah; 5) kebijakan kesejahteraan sosial disabilitas; 6) kesetaraan hak dengan aksesibilitas di semua ruang aktivitas dan sarana publik; 7) penguatan data dan monitoring kemajuan aksi; 8) akses teknologi pendukung; 9) memperkuat pemahaman dan rasa hormat masyarakat 10) keterlibatan dunia usaha pada aspek kesejahteraan.
Dalam sambutan penutupnya, Mensos menekankan pentingnya aksi global untuk memastikan dan mempercepat upaya dan langkah-langkah nyata dari tujuh butir “Makassar Recommendation”. “Kami mendorong negara-negara ASEAN untuk terus menguatkan kerja sama yang sangat baik selepas 2025 nanti. Kita sepakat untuk mengambil setiap langkah yang diperlukan untuk menerapkan rekomendasi tersebut,” kata Risma.
Ia berharap ke depan akan, terus memperkuat ker ke-13 perwakilan negara dalam konferensi ASEAN pembangunan inklusi disabilitas bekeja bersama dalam perlindungan dan pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas serta implementasi ASEAN-U.S. Lalu, bersama-sama melahirkan inovasi dan gagasan terkait topik, proyek, ataupun inisiasi upaya pemenuhan hak dan inklusivitas disabilitas melalui kerja sama dan kemitraan yang luas.
“Kiranya gagasan-gagasan tersebut dapat menjadi bahan dalam upaya memperluas cakupan topik yang dibahas dalam Forum Tingkat Tinggi ASEAN,” kata Risma, sapaan Mensos usai menutup rangkaian AHLF Indonesia 2023.
Risma dalam kesempatan tersebut juga mengajak para delegasi 13 negara peserta AHLF untuk mengunjungi pusat layanan terpadu Sentra Wirajaya Makassar sebagai unit pelaksana teknis yang menyelenggarakan program rehabilitasi dalam metode multi layanan, di mana di antara penerima layanannya ialah penyandang disabilitas.
“Program multi layanan ini merupakan salah satu wujud bahwa penyandang disabilitas telah mendapatkan dukungan pemenuhan haknya secara inklusif. Di lokasi yang sama, juga dapat disaksikan pameran yang akan menampilkan praktik dan program terbaik serta karya para penyandang disabilitas,” seru Risma. (*)