English English Indonesian Indonesian
oleh

Dosen UTS-Unifa Simulasi Olah Kotoran Sapi dan Limbah Jadi Pupuk Organik

FAJAR, MAKASSAR-Tim Dosen Universitas Teknologi Sulawesi (UTS) dan Universitas Fajar (UNIFA) melakukan simulasi kepada mitra dan warga dalam mengolah kotoran sapi dan limbah pakan menjadi pupuk organik (kompos dan kascing) di Desa Limapoccoe, Kecamatan Cenrana, Kabupaten Maros.

Kegiatan ini merupakan pengabdian masyarakat yang didanai oleh Hibah Pengabdian Kepada Masyarakat Kompetitif Nasional (PKMKN) Kemendikbudristek Tahun 2023 dengan skema pemberdayaan kemitraan masyarat.

Kegiatan Pengabdian ini terdiri dari Dr. Nur Zaman, SP, M.Si selaku Dosen Program Studi Teknologi Hasil Pertanian UTS sebagai ketua Tim bersama anggota Prof. Dr. Ir. Erniati, ST, MT Dosen Prodi Teknik Sipil dari UNIFA dan Nuryahya Abdullah, SP, M.Si dosen prodi Teknologi Hasil Pertanian dari UTS telah melakukan kegiatan Pengabdian sebagai salah satu Tridarma Perguruan Tinggi.

Tujuan dari kegiatan pengabdian ini adalah untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada masyarakat dalam mengelola kotoran sapi dan limbah pakan menjadi pupuk organik (kompos dan kascing) yang dilengkapi dengan teknologi tepat guna (mesin pengayak kompos dan bak penampung kompos).

Ketua pelaksana kegiatan, Dr. Nur Zaman, SP., M.Si mengatakan bahwa penyuluhan ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang dilaksanakan oleh dosen dengan melibatkan mahasiswa.

Sejak dulu kotoran ternak (sapi dan ayam) sudah dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai pupuk, yang biasanya hanya di tabur disekitar tanaman yang dibudidayakan tanpa pengolahan terlebih dahulu. Hal tersebut dilakukan karena kurangnya pengetahuan masyarakat tentang cara mengolah kotoran tersebut menjadi pupuk organik yang memiliki nilai tambah, baik dari segi manfaat maupun ekonomi.

Salah satu upaya pemanfaatan limbah peternakan dan pertanian adalah dengan mengolah kotoran sapi dan limbah limbah pertanian menjadi pupuk organik. Salah satu hewan yang dapat menghasilkan kotoran yang banyak adalah sapi, karena sapi banyak dipelihara oleh masyarakat.

Apalagi saat ini, petani sangat sulit untuk mendapatkan pupuk kimia bersubsidi serta terdapat beberapa persyaratan untuk mendapatkannya, seperti harus terdaftar dalam kelompok tani, terdaftar dalam Sistem Informasi Penyuluhan Pertanian dan menggarap lahan dengan luas maksimal dua hektare per musim tanam. Sementara pupuk non subsidi harganya sangat mahal. Nur Zaman menambahkan bahwa selain ditujukan untuk masyarakat, kegiatan ini juga diperuntukkan untuk para mahasiswa, agar mendapatkan pengalaman di luar kampus selama melakukan pengabdian di lokasi kegiatan.

Pengolahan kotoran sapi menjadi pupuk organik (kompos dan kascing) merupakan salah satu upaya untuk mengolah limbah ternak sapi menjadi bernilai ekonomis dan bermanfaat bagi petani dan peternak.

Kompos dan kascing merupakan pupuk organik yang dapat dihasilkan dari kotoran hewan, sisa tanaman dan limbah pertanian yang telah mengalami proses dekomposisi atau pelapukan. Pupuk kompos dan kascing selain dapat digunakan sebagai pupuk pengganti dan penambah, juga dapat digunakan sebagai media tanam untuk tanaman sayuran, bunga bungaan dan pertanian organik.

Keunggulan dari pupuk organik adalah dapat meningkatkan kesuburan tanah dengan memperbaiki kerusakan fisik tanah akibat pemakaian pupuk anorganik secara berlebihan, ramah lingkungan serta dapat menambah pendapatan petani dan peternak.

Untuk mengantisipasi sulitnya petani dalam mendapatkan pupuk anoganik bersubsidi, petani dapat memanfaatkan kotoran sapi dan limbah pakan yang terdapat disekitar mereka untuk diolah menjadi pupuk organik. Kegiatan PKM ini terlaksana atas kerjasama antara Tim PKM dengan usaha peternakan tunas harapan farm milik Abd. Rasyid sebagai mitra yang akan berlangsung dari Bulan Agustus sampai Desember 2023.

Kegiatan yang dilakukan adalah peningkatan pengetahuan dan keterampilan teknis pengolahan kotoran ternak sapi dan limbah pakan menjadi pupuk kompos dan pupuk kascing (bekas cacing). Pupuk kompos dilakukan dengan mencampur kotoran sapi kering dengan cairan EM-4 dan molase. Membuat pupuk kompos dari kotoran sapi dan limbah pakan. Alat dan bahan yang digunakan adalah Terpal Rool, Sekop, Kotoran sapi dan limbah pakan kering, Cairan EM-4 dan Cairan molase.

Pupuk kascing (bekas cacing) dilakukan dengan memasukkan cacing tanah dengan spesies Lumbricus rubellus atau bisa juga menggunakan cacing tanah yang terdapat dilingkungan sekitar kita kedalam kotoran sapi yang masih basah. Alat dan bahan yang digunakan adalah Terpal roll, Sekop, Kotoran sapi dan limbah pakan basah serta Cacing Tanah.

Dengan simulasi ini, kami berharap agar masyarakat tidak lagi tergantung pada pupuk anorganik, karena disamping langka, sulit dan mahal, penggunaan pupuk anorganik yang tidak terkendali menjadi salah satu penyebab penurunan kualitas kesuburan fisik dan kima tanah serta dapat menyebabkan pencemaran lingkungan. Masyarakat dapat memanfaatkan kotoran hewan dan limbah limbah pertanian yang terdapat disekitar mereka untuk diolah menjadi pupuk organik yang ramah lingkungan dan baik untuk kesehatan.

Selain itu, pupuk organik merupakan sumber hara bagi tanaman dan dapat memperbaiki kesuburan fisik, kimia dan biologi tanah. Teknologi ini memberikan peluang bagi masyarakat di pedesaan yang memiliki ternak, utamanya sapi, baik secara individual maupun kelompok untuk mengurangi ketergantungan mereka terhadap pupuk anorganik yang langka dan sulit didapatkan.

Selanjutnya akan dilakukan pelatihan pembuatan pupuk organik (kompos dan kascing) kepada warga desa yang memiliki ternak sapi yang bermuim disekitar rumah mitra dengan memanfaatkan kotoran sapi dan limbah pakan yang belum diolah dengan baik. Hasil simulasi pupuk organik (kompos dan kascing) yang telah matang tersebut akan diperlihatkan kepada peserta pelatihan. (*)

News Feed