English English Indonesian Indonesian
oleh

Kemarau

OLEH: Aidir Amin Daud

Sudah beberapa pekan ini ada pemadaman listrik di beberapa wilayah termasuk Makassar. Ada juga ‘penyetopan’ aliran air di kota Makassar. Terkait urusan PDAM tentu alasannya karena semakin menipisnya persediaan air di lokasi sumber air PDAM. Namun ‘alasan’ yang disampaikan PLN wilayah Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Barat ternyata sama: Sehubungan dengan kemarau berkepanjangan sehingga mengakibatkan debit air berkurang di beberapa PLTA dan PLTMH serta pemeliharaan infrastruktur kelistrikan terjadwal di sistem kelistrikan Sulbagsel, maka perlu dilaksanakan Manajemen Beban Listrik yang pada beberapa lokasi.

Meskipun kota Makassar berada di pinggiran laut, tetapi kekurangan air tentu harus menjadi perhatian yang baik dari pemerintah. Kita masih akan melewati dua bulan (Oktober-November) yang menurut estimasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) yang belum akan mempunyai curah hujan. Penyebabnya: salah satunya fenomena El Nino. Meskipun sesudahnya di bulan Desember — bisa saja terjadi curah hujan yang tinggi dan kita bertemu lagi dengan masalah rutin kita: banjir.

**

Kekhawatiran atas El Nino dan dampak kekeringannya sebelumnya sempat diprediksi berpeluang berlangsung hingga Februari 2024 dan memicu kenaikan suhu melebihi rekor El Nino kuat terakhir pada awal 2016. Merujuk laporan dari National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), ada kemungkinan lebih dari 95 persen El Nino bakal berlangsung hingga Februari 2024 disertai dengan dampak iklim yang luas.

Sudah lama para pakar kita dan kalangan media membicarakan ancaman kekeringan yang sudah melanda berbagai daerah di Indonesia. Tentu saja penyebab utamanya karena minimnya curah hujan di musim kemarau.

Banyak pakar kita dengarkan mendiskusikan hal ini dan hampir semuanya menyatakan ada dua hal yang sudah rutin terjadi dan bergantian: bencana kekeringan dan banjir yang terjadi silih berganti setiap musim kemarau dan musim penghujan. Ironisnya sampai saat ini — kalangan pemerintah di berbagai lapisan belum memiliki keinginan kuat untuk menyelesaikan masalah rutin yang makin terasa berat dipikul orang banyak.

Mungkin benar pendapat yang menyatakan: Musim kemarau dan musim penghujan adalah satu kesatuan yang tidak boleh dipisahkan. Saat musim hujan kita perlu mengelola air hujan untuk musim kemarau, saat kemarau kita mempersiapkan diri untuk menghadapi musim penghujan. Inilah siklus yang tidak terputus tetapi sepertinya belum dipikirkan secara lebih komprehensif.

**
Saatnya pemerintah memikirkan jalan keluar dan tindakan nyata yang lebih serius: daripada sekadar membagi air bersih di musim kemarau dan membawa bantuan tenda darurat di saat banjir. Peta lokasi kekeringan dan lokasi rawan banjir sudah diketahui. Tapi apa yang dilakukan oleh para pihak berwenang? Ada pembangunan dan pembersihan selokan. Ada penambahan pompa-pompa air untuk beberapa daerah yang sudah langganan kekeringan. Namun ini bukanlah sesuatu solusi yang permanen. Di banyak negara — yang sudah maju saat itu dan kini negara kita lebih maju lagi — menanggulangi banjir dan menyiapkan sarana air bersih di musim kemarau, selalu dilakukan dengan lebih serius. Masalah boleh datang untuk satu-dua-tiga tahun, tetapi setelahnya, problema itu tidak kembali lagi. Untuk itulah mengapa kita memilih orang-orang yang duduk di lembaga legislatif dan pemerintahan. ***

News Feed