FAJAR, MAKASSAR-Makassar Biennale (MB) segera digelar dan dibuka pada 9 September 2023. Ajang seni rupa internasional dengan tema abadi Maritim ini akan berlangsung hingga 30 Oktober 2023.
Agenda residensi, pameran, lokakarya, wicara seniman, simposium, dan beragam program lainnya akan diisi oleh seniman, praktisi, dan warga di lima kota, yakni Makassar, Pangkep, Parepare, Labuan Bajo, dan Nabire.
Berbeda dengan biennale lain di Indonesia, MB berlangsung di kota-kota di Indonesia Timur, tidak melaksanakan di satu titik saja.
Menurut Direktur MB, Anwar Jimpe Rachman, model pelaksanaan MB yang dimulai sejak 2019 ini menjadi cara MB ikut berkontribusi pada perkembangan dan pertumbuhan dinamika kancah seni dan kebudayaan di Nusantara.
“Keterlibatan banyak pihak dalam program-program MB merupakan kebutuhan urgen demi membangun kepercayaan diri warga yang turut berkontribusi sampai ikut melaksanakan dan merayakannya,” jelas Jimpe.
MB juga menjelma ruang informal pendidikan seni dalam jangka yang panjang. Tiga puluhan seniman dari lima kota akan berpameran bersama seniman-seniman dari jaringan nasional dan internasional.
Setiap seniman didampingi oleh penulis dan dokumentator. Keduanya bertugas merekam model dan metode seniman bersangkutan untuk kemudian disebar secara daring (online) dan luring (cetak) untuk disebar ke khalayak luas dan menjadi arsip yang dapat diakses dan dipelajari.
Daftar seniman yang memenuhi undangan MB dan berpameran di lima kota adalah:
Makassar. Sokola Pesisir (Makassar), Thania Petersen (Capetown), Aristofani Fahmi (Pekanbaru), Kebun Tetangga (Makassar), Gymnastik Emporium (Yogyakarta), Moelyono (Tulungagung), Alghifahri Jasin (Makassar), Jim Allen Abel (Bandung), Yahyakhan Natadias (Tangerang Selatan), Alifah Melisa (Jakarta).
Pangkep: Arman Pio (Pangkajene), Husain ‘Chenk’ Abdullah (Pangkajene), Ghandi Eka (Bandung), Ais Nurbiyah Al-Jumu’ah (Pangkajene).
Parepare: Dwi Julian SM (Makassar), A. Mey Kumalasari (Soppeng), Supriadi (Parepare), Muhamad Ilham & Aldizar Ahmad Gifhari (Jatiwangi).
Nabire: Robert ‘Chi’ Machiri (Harare, Johannesburg, Berlin), Jebulon Bunai (Nabire), dan Ellya Alexander Tebay (Nabire).
Labuan Bajo: Redra Ramadhan (Labuan Bajo), Memo Johar (Wae Kesambi), Dixxxie (Maumere), dan Obby Tukan (Kupang).
Selain itu, MB membangun juga membangun tradisi baru, yakni dengan mengundang beberapa penulis yang diharapkan menyumbangkan pikiran mereka terkait program dan apa yang mereka saksikan dan dengar di MB. Mereka adalah Anita Halim (Makassar), Neni Muhidin (Palu), Irmawati Puan Mawar (Makassar), dan Zikri Rahman (Kuala Lumpur).
Pada tahun 2023, MB juga mencoba cara baru, yakni memberi wewenang yang formal untuk setiap kota menentukan subtema masing-masing untuk mendampingi tema abadi Maritim.
Konsep ini sebagai upaya menjadikan Makassar Biennale sebagai ruang bertumbuh setiap tim kerja kota pelaksana untuk menyesuaikan perkembangan, dinamika, dan kebutuhan wilayah masing-masing. Seluruhnya bergerak dengan metode, tatakelola, pelaksanaan, dan kuratorial yang otonom.
Makassar Biennale merupakan sirkuit jaringan kerja komunitas di beberapa kota di Indonesia Timur. Program yang awalnya digelar di Makassar ini kemudian berkembang ke beberapa kota sebagai cara kerja urunan sejumlah komunitas untuk menggelar dan ‘mendekatkan’ seni kepada publiknya.
Rangkaian agenda-agenda tersebut merupakan bentuk dari upaya Makassar Biennale untuk menjadi proyek yang berkelanjutan dan lestari (sustainable) bagi kota-kota pelaksana (dan kota calon penyelenggara berikutnya), sekaligus menjadi kerangka kerja komunitas-komunitas dan individu yang sekarang dan yang kelak terlibat.
Pada tahun 2023, MB berinisiatif mengembangkan dua proyek seni yang baru yakni KLAB (Kelola Berkelanjutan) Musik dan penerbitan buku komik hasil residensi. Menurut Jimpe, pengembangan ini mengorientasikan program, proyek, dan agendanya untuk menjadi kegiatan berkelanjutan dan lestari.
Selain pelibatan anggota dari kalangan muda, agenda dan karya-karya diproyeksikan menjadi proyek berefek jangka panjang, baik dari segi wacana perkembangan seni rupa Indonesia maupun dari segi keswadayaan pendanaan dan sumber daya penopang kegiatannya.
KLAB (Kelola Berkelanjutan) MUSIK akan diluncurkan pada pembukaan 9 September nanti. Dalam proyek ini, MB bekerja sama dengan beberapa seniman musik lokal dan menjadi produser dari lagu-lagu yang diciptakan dan akan diluncurkan di berbagai platform seperti Youtube, Spotify, Apple Music, dan sejenisnya. Sedang penerbitan komik menjadi jalan bagi MB berkontribusi terhadap pelestarian kawasan gunung karst di Pangkep dan Maros.
Kegiatan/Program/Pendokumentasian ini didukung oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi dan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan melalui Program Pemanfaatan Hasil Kelola Dana Abadi Kebudayaan Tahun 2023.
Adapun pelaksananya, Tanahindie, Bumi Lestari, Kolektif Stereo, Rumah Saraung, dan
Videoge. (*)