FAJAR, MAKASSAR-Pukul berapa Prof Ahmad M Sewang biasa menulis? Itu pertanyaan yang berkelebat di kepala banyak orang, yang kerap menerima postingan tulisan-tulisan Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar itu. Salah satu grup WhatsApp yang sering mendapat postingan tulisan adalah SATUPENA Sulsel.
Pertanyaan itu bahkan pernah ditanyakan langsung oleh Dr H Barsihannor, MA kepada istri Ahmad M Sewang, Prof Syamsuduha, yang juga merupakan Guru Besar UIN Alauddin Makassar. Cerita ini diungkapkan Barsihannor, dalam acara peluncuran dan diskusi buku “Rihlah ke Mancanegara” karya Ahmad M Sewang, di Gedung LT Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) UIN Alauddin Makassar, Kampus Samata, Kamis, 24 Agustus 2023.
Acara peluncuran dan diskusi buku “Rihlah ke Mancanegara” ini merupakan kerja sama FDK UIN Alauddin Makassar dan Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA Provinsi Sulawesi Selatan. Acara dipandu oleh Dr H Firdaus Muhammad sebagai moderator.
Barsihannor menyampaikan, Ahmad M Sewang mewarisi spirit dan tradisi membaca dan menulis yang terbukti telah berkontribusi bagi kemajuan peradaban Islam. Membaca dan menulis bagi Ahmad M Sewang wajib dilakukan dalam kondisi apapun.
Menulis, kata dosen Fakultas Adab dan Humaniora itu, adalah tiang kehidupan. Itulah salah satu tradisi para cendekiawan Islam. Disampaikan, setiap kali dia membaca postingan Ahmad M Sewang, yang pertama diperhatikan adalah waktunya. Rata-rata postingan itu antara pukul 01.00-03.00 wita. “Ahmad M Sewang adalah the real professor. Beliau sangat concern pada anak muda,” lanjut Barsihannor.
Dalam bukunya, tambah Barsihannor, pembaca bisa mendapatkan nilai-nilai pendidikan, spiritualitas dan ada humornya juga. Dari buku itu kita juga bisa mendapatkan pembelajaran bahwa ada 4 hal yang memungkinkan kita ke luar negeri. Yakni, ada niat yang kuat, ada kesempatan, ada kesehatan, dan ada dana.
Ahmad M Sewang pernah menduduki jabatan strategis. Dia pernah menjadi Ketua Prodi Peradaban Islam. Pernah sebagai Pembantu Rektor I Bidang Akademik, dan pernah pula menjabat sebagai Direktur Program Pascasarjana (PPs) UIN Alauddin, Makassar.
Ketika diamanahkan sebagai Direktur PPs UIN Alauddin Makassar, dia melakukan perekrutan bagi mereka yang punya keahlian dan wawasan. Menurutnya, ada 3 kompetensi yang diperlukan. Yakni, mereka yang ahli dalam bidangnya, mereka yang punya akhlakul karimah, dan punya kemampuan menulis.
Selama jadi Direktur PPs itu, setiap bulan dia rutin mengadakan seminar dan diskusi dengan mengundang para pakar dan tokoh, di antaranya M Quraish Shihab, Jalaluddin Rakhmat serta sejumlah intelektual dari dalam dan luar negeri.
“Sekalipun kita berbeda paham, kita harus saling menghormati. Itulah yang dicontohkan oleh Rasulullah,” imbuh Ahmad M Sewang.
Terkait bukunya “Rihlah ke Mancanegara”, dia menyampaikan bahwa buku itu merupakan hasil kolaborasi dengan sejumlah sahabat. Itu karena dia mesti merekonstruksi peristiwa masa lalu yang kadang perlu bantuan informasi teman-temannya. Ada sebanyak 14 negara di 5 benua yang telah dikunjunginya.
“Bagi saya, riset ke Belanda merupakan milestone atau tonggak sejarah,” kenang Ahmad M Sewang tentang Negara Kincir Angin tersebut.
Prof Rasyid Masri, memuji Ahmad M Sewang sebagai intelektual ulama karena tulisan-tulisannya yang kritis. Diakui, tidak banyak yang punya kapasitas seperti beliau. Memang banyak ustaz tapi tidak banyak yang punya kecakapan menulis. Beliau mampu mengintegrasikan ilmu dan agama. Sehingga beliau merupakan cendekiawan yang sesungguhnya.
“Semangatnya patut ditiru karena setiap hari menulis. Padahal menulis, sekalipun berupa tulisan pendek tapi tetap memeras otak,” terang Prof Rasyid Masri.
Sejumlah tokoh memberikan apresiasi kepada Ahmad M Sewang, di antaranya Prof Nasir Siola dan Prof Hasyim Aidid, Dr M Dahlan Abubakar, Yudhistira Sukatanya dan Mahrus Andis. Hadir dalam acara itu, antara lain Prof Mustari Mustafa, Prof Muliati, Dr Fadli Andi Natsif dan sejumlah anggota SATUPENA Sulsel.
“Saya ingin menyampaikan selamat ulang tahun. Teruslah menulis. Karena satu peluru yang ditembakkan hanya bisa menembus satu kepala tapi satu tulisan bisa menembus beribu-ribu kepala,” kata Prof Syamsuduha kepada suaminya, Ahmad M Sewang, yang pada 11 Agustus 2023 genap berusia 71 tahun.
Di penghujung acara, Rusdin Tompo, Koordinator SATUPENA Sulawesi Selatan menyampaikan, semangat Prof Ahmad M Sewang dalam menulis jadi bukti bahwa menulis tidak mengenal kata pensiun. (ams)