Oleh: Ilovan Virgiano
Pemerhati Dunia Pertambangan
KTT Rusia-Afrika baru saja dibuka di ST Petersburg, Rusia pada kamis (27/07/23). Yang menarik adalah ketika Presiden Vladimir Putin menjanjikan kepada Negara-negara Afrika untuk mengirimkan 50.000 ton bantuan gandum gratis ke Negara-negara Afrika seperti Mali, Burkina Faso, Somalia, Republik Afrika Tengah, dan Eritrea. Selain menjanjikan bantuan gandum gratis selama 3 bulan kedepan Presiden Putin juga telah menghapuskan hutang Negara-negara Afrika lebih dari 20 Miliar Dolar AS.
Rusia memang adalah pemasok gandum terbesar dunia. Semenjak Operasi Militer khusus yang dilancarkan Rusia kepada Ukraina pada 24 Februari 2022 silam mengakibatkan pasokan gandum di seluruh dunia mengalami banyak kendala dan dunia berpotensi besar mengalami krisis pangan terburuk sepanjang sejarah sejak era Perang dunia Kedua.
Presiden Putin memang menyebutkan upaya ini sebagai bagian dari Rusia untuk memperkuat hubungannya dengan banyak negara di Benua Hitam ini. Namun apakah hanya itu tujuan utama Rusia?.
Sehari sebelum dimulainya KTT Rusia-Afrika pada Rabu (26/07/2023), Negara tetangga Mali dan Burkina Faso yaitu Niger telah terjadi kudeta militer dimana presiden Mohamed Bazoum yang selama ini dianggap pro Barat di kudeta oleh Junta Militer Niger. Secara kompak pun ketika Niger mengalami kudeta dua Negara tetangga Niger yaitu Mali dan Burkina Faso mengancam intervensi asing kepada Niger berarti deklarasi perang kepada Mali dan Burkina Faso juga.
Pasca Kudeta Junta Niger mengatakan Prancis berusaha ingin mengembalikan Bazoum ke kursi presidennya dengan intervensi militer, Sementara itu Presiden Emmanuel Macron pada Minggu (31/07/23) berjanji akan mengambil segera dan tanpa kompromi apabila warga atau kepentingan Perancis diserang. Di saat hampir bersamaan Menteri Luar Negeri Prancis Catherine Colonna menduga ada keterkaitan Rusia dalam kudeta yang terjadi di Niger tersebut.
Ada Peran Besar Moskow Di Dalam Kudeta Niger
Pernyataan Catherine Colonna terkait keterlibatan Rusia dalam kudeta di Niger memang cukup dipertimbangkan hal ini diperkuat dengan pernyataan bos tentara bayaran Wagner Yevgeny Prigozhin yang menyambut baik tentang kudeta yang terjadi di Niger dan menawarkan keikutsertaan Wagner apabila memang diperlukan. Meskipun di satu sisi pihak Kremlin memberikan pernyataan keprihatinan yang serius atas kudeta yang terjadi.
Sebenarnya apa kepentingan yang diperebutkan oleh Prancis dan Rusia di Negeri yang terletak di Afrika Barat ini? Hal ini sebenarnya tidak terlepas dengan Sumber Daya Alam yang terdapat di dalam Niger itu sendiri. Menurut Asosiasi Nuklir Dunia (WNA), Niger merupakan Negara produsen Uranium terbesar ketujuh di dunia. Uranium Niger inilah yang selama ini sebagian besar dikelola oleh Prancis.
Yang cukup membuat unik adalah banyak kalangan masyarakat Niger pun yang menginginkan agar Rusia dapat membantu dari segi keamanan dan pangan serta suplai teknologi dalam hal pertanian mereka.
Dampak Kudeta Niger, Harga Uranium dan Emas Dunia akan Mulai Naik
Setelah melakukan kudeta Jenderal Abdourahmane Tchiani selaku pemimpin kudeta kepada Presiden Mohamed Bazoum menyatakan telah melarang melakukan ekspor komoditas Uranium dan Emas kepada Prancis. Hal ini membuat pasokan Uranium Niger yang mayoritas diekspor ke Eropa khususnya Prancis akan mengalami penurunan pasokan Uranium ke Eropa khususnya Negeri Menara Eiffel tersebut.
Kendati demikian perubahan hegemoni di Afrika telah membuat harga Uranium dan Emas dunia perlahan menanjak naik mengingat selama ini kekayaan Niger, Mali, dan Burkina Faso sebelum terjadi nya kudeta oleh Militer di eksploitasi secara besar-besaran oleh
Eropa khususnya Prancis. Kini setelah terjadi kudeta dimana dibalik kudeta-kudeta tersebut diduga ada peran Rusia lewat Wagner Group membuat banyak Negara Afrika memutuskan untuk membatasi bahkan melarang ekspor kekayaan alam di negeri mereka.
Dampak Kudeta Niger mungkin belum berdampak signifikan bagi negara-negara Asia tapi dengan mulai menurunnya ekspor Emas dan Uranium di Negara-negara konflik di Afrika ke Eropa. Tentu Eropa akan mencari alternatif dari Negara lain demi memenuhi pasokan
Uranium dan Emas Eropa. Dan salah satu alternatif tersebut adalah Asia.
Sementara Indonesia juga kaya akan Sumber Daya Alam Uranium dan Emas harus bersiap menghadapi permintaan pasar yang akan mengalami lonjakan imbas konflik di Afrika. Meskipun Indonesia bukanlah pemain ekspor utama Uranium dunia namun kebutuhan alternatif dunia tentu berpotensi membawa pengaruh signifikan bagi dunia pertambangan di Indonesia khususnya bagi komoditas Uranium dan Emas. (*)