FAJAR, MAKASSAR-Scuba diving jadi salah satu aktivitas menyenangkan karena menawarkan keindahan bawah laut. Memiliki banyak manfaat, terlebih karena dapat mendorong seseorang terlibat dalam kegiatan konservasi.
Kegiatan konservasi menjadi penting karena bertujuan untuk menjaga kelestarian ekosistem laut. Sesuatu hal yang menjadi alasan kebanyakan orang ingin menyelam atau menggeluti olahraga selam.
Anggota DPRD Sulsel, Andi Januar Jaury Dharwis yang menggeluti dunia selam, mengatakan ada 3 kategori penyelam yakni hobi, prestasi dan profesi. Nah, dalam berinteraksi dengan dunia bawah laut selalu dimulai dari hobi yang menuntut rasa ingin tahu lebih luas dengan menguasai teknik menyelam menggunakan peralatan selam atau scuba dive.
“Saya pribadi meskipun interaksi saya pada dunia selam diawali hobi, seiring dengan waktu serta luas penjelajahan sehingga menyadari persis bagaimana proses degradasi alam laut yang membutuhkan daya kepedulian,” ujarnya kepada FAJAR, Jumat 4 Agustus.
Dikatakan Januar, tidak kenal maka tidak sayang, begitu kira-kira filosofi pergeseran para penghobi selam yang akhirnya mendorong kepedulian terhadap lingkungan bawah laut.
“Bayangkan laut kita sudah dieksploitasi selama ratusan tahun dengan cara-cara legal dan illegal. Belum lagi laut dianggap pemisah sosial sehgga dianggap wilayah sepi yang tidak berlaku hukum sosial. Akhirnya laut dianggap ruang sampah, area penjarahan, dan dilupakan sebagai alam penopang kehidupan manusia,” sesalnya.
Akibat dari keadaan tersebut, disebutkan Januar, akhirnya 70 persen alam laut Indonesia sudah rusak, hanya 7 persen yang sangat sehat, dan 23 persen sehat. Sehingga menjadikan produksi biota laut lambat, padahal menjadi kebutuhan komersil dan makan.
Bahkan para nelayan sudah jauh dari nilai tukar yang ideal sebagaimana presentase kesejahteraan.
“Para penyelam lah yang menjadi saksi mata secara langsung bagaimana keadaan bawah laut di luar sana. Penyelam yang awalnya selam rekreasi tidak lagi menemukan visual ekosistem yang seharusnya akibat kerusakan oleh illegal fishing dan sampah-sampah.
Atas dasar itulah timbul kepedulian untuk melibatkan diri dalam merekayasa siklus alam untuk tetap mampu membentuk kembali ekosistem dan habitat di bawah laut,” ungkapnya.
Dari situ kemudian muncul lah gerakan atau kegiatan-kegiatan yang dikenal dengan artificial rehabilitation dengan berbagai metode. Sekalipun, hal tersebut harus dibarengi dengan pengetahuan seperti memperhatikan kesesuaian alam dengan material-material artificial.
“Agar tujuan konservasi berjalan dengan baik bukan sebaliknya menciptakan sampah baru,” tutur pria yang mulai menyelam sejak 24 tahun silam ini.
Sementara itu, salah seorang penghobi scuba diving, Sahrul mengatakan dengan menyelam seseorang akan dapat menikmati secara langsung keindahan di bawah laut, seperti terumbu karang, keanekaragaman biota laut, dan sebagainya. Pengalaman tersebut kata dia, tidak mudah untuk didapatkan.
“Orang cenderung memilih atau suka menyelam karena ingin berwisata, apalagi menyelam menawarkan keindahan bawah laut yang tidak semua orang bisa menikmatinya,” ujar Sahrul kepada FAJAR, kemarin.
Lebih lanjut, menurut Ketua komunitas lingkungan Sangkarrang Ocean Dive (SOD) ini, hobi menyelam telah menjadi tren gaya hidup yang tidak kalah menariknya dengan beragam olahraga ektrem lainnya. Punya nilai lebih yang tidak sekedar menerima manfaat, tetapi bisa menjadi wadah untuk unjuk diri.
“Orang banyak tertarik karena ingin menunjukkan eksistensi. Banyak yang misalnya ingin melakukan kegiatan menyelam hanya karena ingin diperlihatkan kepada orang lain,” jelasnya.
Namun, terlepas dari menyelam yang didasari hanya karena hobi, kebanyakan para penyelam akhirnya menjerumuskan diri untuk ikut melestarikan ekosistem di bawah laut. Dimana hal itu dilakukan atas dasar keperihatinan akan kerusakan yang mereka saksikan secara langsung di sana.
Makanya dikatakan Sahrul bahwa keterlibatan para penyelam dalam kegiatan konservasi sebenarnya memiliki tujuan yang berhubungan langsung dengan hobi menyelam. Sebab, menyelam akan terasa membosankan tanpa pemandangan yang indah di bawah laut.
“Olehnya itu para penyelam tergerak untuk melakukan transplantasi karang, maupun restorasi secara masif agar keindahan di bawah laut tetap bisa kita terus nikmati,” tegasnya.
“Bagaimanapun menurut kami untuk tetap mempertahankan eksistensi dari hobi ini cara terbaiknya adalah dengan memperbaikan alam yang merupakan pendukung utama dari hobi menyelam,” tegas pemuda asli Pulau Barrang Lompo ini.
- Ciptakan Kesadaran Kolektif
Dalam mewujudkan kerja-kerja konservasi yang baik, butuh kesadaran kolektif. Mulai dari penghobi olahraga selam, pemerintah, dan yang terpenting masyarakat pesisir dan nelayan.
Anggota DPRD Sulsel, Andi Januar Jaury Dharwis, mengatakan keterlibatan masyarakat pesisir dan nelayan serta dukungan regulasi sangat diharapkan menjadi stakeholders perlindungan dan restorasi alam laut. Tanpa hal tersebut akan sia-sia inisiatif para penyelam yang terlibat kegiatan konservasi.
Kegiatan yang menurut Januar membutuhkan biaya yang tidak sedikit dan waktu yang sangat lama. Merusak terumbu karang hanya sedetik tetapi untuk menumbuhkannya kembali butuh waktu belasan hingga puluhan tahun.
“Saat daya dukung alam laut rusak, hal itu akan memperlambat produksi biota laut sehingga para nelayan harus jauh mencari ikan dengan biaya serta resiko yang tinggi pula,” jelasnya.
Legislator dari Fraksi Partai Demokrat ini, lanjut membeberkan, dengan hamparan garis pantai sepanjang 1.972 km serta 350-an pulau besar dan kecil membutuhkan komitmen kebijakan pemerintah berbagai tingkatan untuk menjaganya. Kemudian memastikannya tetap berproduksi untuk rakyat.
“Pandangan ini seharusnya dimaknai dengan alokasi anggaran APBD (Pemprov Sulsel) yang seharusnya mencapai 5 persen dari total APBD yang selama ini hanya di bawah 1 persen. Kami penyelam hanya membangun sebuah kampanye kepedulian dengan cakupan luas yang sgt kecil,” terangnya.
“Kami berharap ini akan menginfluence stakeholders regulator untuk menghadirkan kebijakan yang berkelanjutan agar pemanfaatan sumber daya alam laut menjadi salah satu pemicu pemerataan pendapatan perkapita khususnya masyarakat pesisir dan pulau-pulau,” tukas dia.
Sementara itu, Dinas Perikanan dan Kelautan (DKP) Sulsel melalui Kepala Cabang Dinas Kelautan (CDK) Mamminasata, Sayyid Zainal Abidin, mengaku bahwa pemerintah memang masih terbatas untuk melakukan banyak kegiatan konservasi. Meski begitu bukan berarti tidak melakukannya sama sekali.
Ada banyak kegiatan yang telah dilakukan, termasuk diantaranya yang akan datang adalah Underwater Clean Up pada 19 Agustus 2023 mendatang. Bertempat di Pulau Barrang Lompo, Makassar.
“Kegiatan ini akan melibatkan sekitar 50 penyelam dari berbagai komunitas. Intinya untuk kegiatan konservasi kami dari DKP Sulsel akan terus menggalakkannya,” imbuhnya. (majid)