Kata Rinardi, banyaknya permintaan tenaga kerja ini karena defisit tenaga kesehatan. Mereka krisis populasi, generasi mudanya tidak mau mebikah sehingga tidak ada bayi yang lahir. Pada akhirnya generasi tua harus dilayani dengan orang dari luar negeri.
“Indonesia melihat peluang itu, tetapi yang kami kirim adalah mereka yang punya profesionalisme kerja. Bukan PRT atau ART. Kita tidak mau lagi yang non formal, harus profesional,” terangnya.Berkaitan dengan kuota yang disiapkan, semua bergantung dengan permintaan negara tujuan.
“Tapi itu tidak instan. Misalnya di Jerman, wajib tuntas bahasa Jerman, ada kursusnya sembulan bulan. Harus lukus B2, itu gratis dan bisa remidial sampai tiga kali,” kata dia.Sementara Wakil Ketua IV Bidang Humas dan Kerja Sama Dalam dan Luar Negeri STIKES Amanah Makassar, Abdul Haris menegaskan, pohaknya secara penuh tunduk dengan BP2MI terkait dengan syarat dan prosesur yang berlaku.
”Kami kan terikat dibawah MoU dengan BP2MI, tentu persyaratan dan prosedurnya kami tunduk sepenuhnya dengan BP2MI. Sekarang kami fasilitasi lokasi kursus bahasa dan mengenal budaya di mana alumni akan ditempatkan kerja,” tegasnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, saat ini sudah ada sekitar 200 mahasiswa yang dipersiapkan untuk itu. Namun semuanya harus dipastikan memenuhi semua persyaratan yang dibutuhkan.”Saat ini ada mahasiswa kami sekitar 200 orang yang mau belajar bahasa Inggris dan tentu itu dipersiapkan juga untuk ke luar negeri. Tetapi mereka perlu memenuhi standar persyaratannya dulu,” tutupnya. (wid)