Mereka datang dari pelbagai wilayah di Indonesia. Menyatu dalam pertemuan teater.
Asmiati Arsyad
Losari
Sore itu, di anjungan Pantai Losari. Ratusan orang mengenakan pakaian adat dari berbagai suku bangsa di Indonesia. Dari pakaian adat suku di Sulawesi, Jawa hingga Sumatera. Pakaian adat mereka berbeda-beda, tetapi menyatu dalam satu barisan dan berkumpul di satu titik di Pantai Losari sebelum dimulainya Kirab Budaya, Sabtu, 29 Juli.
Peserta Temu Teater Mahasiswa Nusantara (Temu Teman) XX Makassar ini melakukan karnaval budaya mulai dari Anjungan Pantai Losari, menempuh Jalan Penghibur, Jalan Ujung Pandang dan berakhir di Benteng Fort Rotterdam.
Peserta karnaval masing-masing mengenakan pakaian adat dari suku mereka masing-masing. Demikian disampaikan Panitia Karnaval, Andi Triwijaya Kusuma. Ada 44 Teater Kampus (Terkam) dari berbagai daerah (Sabang sampai Merauke) datang ke Makassar dalam rangka Temu Teman.
Terlihat Peserta dari Kalimantan seperti Samarinda mengenakan baju adat Dayak, Banjarmasin mengenakan Teluk Belanga. Sementara dari Sumatera ada Bengkulu mengenakan Bengkulu Melayu. Riau mengenakan baju adat Kurung Melayu Riau. Palembang mengenakan Sangket Palembang, Sunting Koto Gadfing dan Galembang. Medan mengenakan Ulos.
Lebih lanjut, peserta dari Jawa Timur seperti Surabaya mengenakan Cak. Madura mengenakan Sakera dan Marlena. Malang dengan Baju Ning. Sidoarjo mengenakan Odheng.
Peserta dari Sulawesi seperti Kendari dengan Baju adat Muna, Palu mengenakan Baju Koje dan Baju Nggembe. Peserta dari Sulsel mengenakan pakaian adat Bugis-Makassar seperti Baju Bodo, Lipa Sabbe. Dari Suku lain seperti NTB terlihat mengenakan Tenun Bima. Merauke mengenakan Rok Rumbai. Dan masih banyak lagi.
Keunikan dan kekayaan pakaian adat yang mereka kenakan mengundang perhatian seluruh pengunjung Pantai Losari. Hal ini karena mereka cukup mencolok dibanding yang lain.
Peserta Karnaval Budaya digiring oleh sorak-sorai suara musik daerah, yaitu gandrang bulo turut memeriahkan acara. Panasnya matahari di sekitar Pantai Losari tidak mengurangi semangat mereka untuk berteriak memeriahkan suasana karnaval.
Ketua Panitia Temu Teman 20 Makassar, Alfian, mengungkap karnaval ini sejalan dengan tema Temu Teman, yaitu Benang Merah Nusantara. Berbeda-beda tetapi saling terikat, terkait, tidak dapat terlepas melalui ikatan Bannang Ejayya (benang merah).
“Para peserta dari Sabang sampai Merauke, dari suku yang berbeda, tetapi saling bertaut dalam benang merah yang mengikat yaitu Nusantara,” ujarnya. Setelah Karnaval Budaya berakhir di Benteng Fort Rotterdam, akan dilanjutkan dengan Opening Ceremony Temu Teman. Acara ini berlangsung hingga 3 Agustus di Taman Budaya Somba Opu (BSO). (*/ham)