FAJAR, MAKASSAR-Rabies merupakan virus yang ditularkan hewan melalui gigitan. Masyarakat diimbau tidak abai pada infeksi penyakit tersebut.
Kepala Dinas Kesehatan Sulsel, Rosmini Pandin dalam catatannya menguraikan, sebanyak sepuluh orang meninggal akibat rabies di Sulawesi Selatan sepanjang 2023. Kabupaten Soppeng ada dua orang, Toraja Utara tiga orang, dan Sinjai, Bulukumba, Sidrap, Gowa, dan Wajo masing-masing satu orang.
Mayoritas kematian itu kata ia, karena abainya para korban dan lingkungan sekitarnya terhadap gigitan hewan. Seseorang yang mengalami gigitan hewan peliharaan atau hewan liar (penular rabies) wajib langsung menuju layanan kesehatan terdekat untuk mencuci luka.
“Itu tidak boleh diabaikan, kalau orang yang terkena gigitan terus timbul gejala takut sama air (hydrophobia), sama cahaya itu susah. Kemungkinan selamatnya itu kecil. Itupun kalau selamat, ada beberapa saraf yang tidak berfungsi. Jadi jangan diabaikan kalau sudah kena gigitan,” tegas Rosmini.
Ia membeberkan, distribusi kasus Gigitan Hewan Penular Rabies (GHPR) berasal dari anjing, kucing, kera, atau hewan berdarah panas lainnya. Pada periode Januari – Mei 2023, sebanyak 1.503 perempuan, dan 1.589 orang laki-laki.
Selanjutnya, distribusi kasus GHPR berdasarkan golongan umur di Sulawesi Selatan Periode Januari – Mei Tahun 2023 itu untuk usia di bawah 5 tahun sebanyak 311 kasus, untuk usia 5-9 tahun itu sebanyak 539 kasus.
Lalu, untuk usia 10-14 tahun itu sebanyak 304 Kasus, untuk usia 15-19 tahun itu sebanyak 209 kasus, untuk usia 20-45 tahun itu sebanyak 778 kasus, untuk rentang usia 46-64 tahun itu sebanyak 650 kasus, dan 65 tahun ke atas sebanyak 304 kasus.
“Untuk hewan anjing itu sebanyak 2253 kasus, dan untuk hewan kucing itu sebanyak 804 kasus,” paparnya.
Ia berpandangan, para masyarakat yang memiliki hewan peliharaan yang tergolong Hewan Penular Rabies harus sudah melewati vaksinasi. seyogianya hanya boleh memelihara maksimal tiga ekor saja.
*Kasus Terbaru
Kepala Bidang P2P, Dinas Kesehatan Sulsel, Ardadi mengatakan, kasus terbaru kematian akibat rabies datang dari Wajo, Sabtu, 15 Juli. Kematian itu menyerang seorang lansia berusia 77 tahun. Dengan itu, sudah ada sebanyak 10 orang meninggal akibat rabies.
Pendekatan terhadap kesehatan hewan dan manusia terus ditingkatkan. Oleh karena itu, pihaknya berkoordinasi dengan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sulsel untuk menjalankan tugas sesuai tupoksinya.
“Kondisinya sekarang memang di beberapa daerah setelah rapat koordinasi bulan lalu, peningkatan kewaspadaan kita sudah mulai meningkat. Namun, lagi-lagi soal kesadaran masyarakat sekiranya terkena gigitan itu langsung melakukan pemeriksaan di pelayanan kesehatan, dalam hal ini Puskesmas,” kata Ardadi.
Pencucian luka gigitan merupakan langkah penanganan dini terbaik bagi para korban. Jika orang tersebut jauh dari Puskesmas atau Rumah Sakit, ia bisa mencucinya sendiri.
“Bisa dicuci di air mengalir selama 15 menit, kemudian memberikan antiseptik (alkohol 70 persen atau betadine). Kalau itu bisa dilakukan setelah itu ke puskesmas. Atau kalau jaraknya dekat, langsung laporkan ke puskesmas supaya diberikan vaksin rabies,” tukasnya.
Adapun keterlambatan penanganan kasus rabies umumnya karena masyarakat yang terkena gigitan atau cakaran itu tidak menyadarinya. Sedangkan kecepatan penanganan merupakan kunci sukses rabies itu bisa ditangkal.
Langkah mitigasi terus dimantapkan. Misalnya, melakukan pemenuhan buffer stock vaksin rabies di seluruh Kabupaten/Kota. Selain itu, imbauan kepada para pemeliharaan hewan potensi tinggi rabies seperti anjing untuk melakukan vaksinasi secara periodik kepada hewan peliharaannya.
“Di beberapa hal lain misalnya ada anjing liar yang masuk ke kampung-kampung, tentu kita berkoordinasi dengan lintas sektor misalnya kepolisian, kehutanan untuk mewaspadai masuknya hewan-hewan rabies yang liar seperti anjing. Itu dari sisi penanganan hewan,” ketusnya.
Pendekatan one health diterapkan oleh stakeholder penanganan rabies di Sulsel. Semua sektor kata Ardadi punya tupoksinya. Bergerak secara simultan dan bersama-sama. “Anjing itu akan ditangkap dan diperiksa untuk memastikan apakah dia rabies. Dalam beberapa kasus memang anjing seperti itu setelah menggigit langsung kabur, di situ juga tantangannya,” kata ia. (Muhammad Muchtasim/)