FAJAR, MAKASSAR-Potensi ekonomi di Kawasan Indonesia Timur (KIT) perlu perhatian dan optimalisasi dengan kolaborasi. Mulai dari pemerintah, praktisi, hingga pelaku UMKM.
Seperti Nurul Kalam Study Club Fakultas Ekonomi Universitas Muslim Indonesia (FEB-UMI) berkolaborasi dengan Komunitas Turun Tangan menggelar seminar internasional bertajuk “Optimalisasi Potensi Ekonomi Kerakyatan dalam Mengimplementasikan Kesejahteraan Rakyat”.
Ketua Umum Nurul Kalam Study Club FEB UMI Muammar, menuturkan di era saat ini merupakan era entreprenuer diperlukan untuk menggalakkan kembali atau mengingatkan baik pemerintah, praktisi, dan UMKM untuk didorong agar bisa berkolaborasi.
“Ada beberapa materi yang di bawakan seperti peran Koperasi dan UMKM, arah pandang ekonomi mewujudkan adil dan makmur, dan penguatan sumbangsih anak mudah dalam mewujudkan kemajuan ekonmi bangsa,” ujarnya di Aula Abdurrahman Basalamah, Selasa, 13 Juni.
Wakil Dekan 3 FEB UMI Muhammad Syafi’i Basalamah, mengatakan peran koperasi terhadap UMKM saat ini tidak terdengar di KIT, padahal UMKM dan koperasi tidak bisa dipisahkan artinya sama-sama saling membutuhkan. Dimana UMKM membutuhkan modal dengan mencari modal bisa ke koperasi maupun ke KUR yang disiapkan pemerintah.
“Jadi sistem perlu diperbaiki juga karena data yang diketahui itu koperasi di Indonesia ini sangat kecil 127 ribu koperasi padahal jumlah penduduk 280 juta begitupun juga pelaku UMKM sangat kecil hanya 8 juta UMKM,” jelasnya.
Menurutnya dengan hidupnya UMKM secara tidak langsung menghidupkan ekonomi rakyat. Juga menjadi penunjang pertumbuhan ekonomi, dengan menenkan angka kemiskinan dan pengangguran.
“Bagaimana UMKM khususnya di Sulsel bisa digalakkan lagi lebih tumbuh pesat tidak kalah dengan daerah lain karena bisa kita lihat ketika car free day banyak UMKM kita ingin tidak hanya car free day namun betul-betul ada di setiap sudut kota,” jelasnya.
Guru Besar Nanyang Technological University (NTU) Singapura Prof Sulfikar Amir, mengatakan menurut penelitian tinggal di Indonesia sangat nyaman karena orangnya ramah dan makanannya enak. Namun pendapatan perkapitanya rendah.
“Kemajuan negara ditentukan oleh penduduk negara itu salah tapi semakin sedikitnya negara semakin mudah untuk dikelola. Indonesia harus tumbuh ekonomi diiringi dnegan keadilan atau secara paralel,” urainya.
Menurutnya pemerintah Indonesia harus mendorong investasi dan subsidi. Namun, tetap fokus dan memenuhi kepada lima pilar keadilan yaitu mobilitas, pendidikan, perumahan, kesehatan, dan pekerjaan.
“Ini terlaksana dengan baik dan terjamin pertumbuhan ekonomi akan naik. Karena warga bahagia maka akan produktif dan mendorong pertumbuhan ekonomi secara cepat itu yang dilakukan negara maju,” jelasnya.(mil/)