English English Indonesian Indonesian
oleh

Reinterpretasi Etos Intelektualisme Rasional di Tubuh Ikatan

Perlu kita pahami bahwa Ikatan mahasiswa muhammadiyah merupakan organisasi kader dan pergerakan yang lahir dan tidak dapat dilepaskan dari Muhammadiyah yang diilhami dengan kepekaan serta responsibilitas terhadap fenomena intelektualitas serta agenda perpolitikan, spiritualitas. Sejalan dengan hal tersebut tagline yang kerap kali dibanggakan “ilmu amaliah, amal ilmiah” yang mencita-citakan lahirnya masyarakat ilmu yang bersifat rasional, terbuka dan melakukan praktik kemanusiaan yang dibarengi dengan spirit keillahian (baca; transenden).

Gerakan intelektualitas yang lahir dari ikatan adalah bentuk pengejawantahan dari akademisi islam yang berakhlak mulia, yang menggambarkan karakter kader ikatan sebagai masyarakat ilmu.
Hal urgent untuk ditelaah kembali adalah siapakah intelektual itu? Kata Noam Chomsky “Who qualifies?”. Jika ditarik kedalam tubuh ikatan, maka akan lahir kalimat “how intellectualism?” bagaimana intelektual yang diharapkan dalam ikatan. Harus diakui bahwa kader Ikatan saat ini telah menunjukkan ikhtiarnya menuju masyarakat ilmu (baca; intelektual), Namun ikhtiar yang diupayakan nampaknya menggiring masyarakat ikatan menjadi kader myopic yang tidak bisa melepaskan diri dari kungkungan kultural yang sifatnya cenderung disentralisasikan.

Bukan tanpa sebab mengapa penulis pada paragraf sebelumnya merefleksikan kembali terkait histori umat islam pada periode klasik dan Albert Dreyfus, pada ghirah yang tertuang pada kedua histori tersebut dapat kita tarik kedalam ikatan untuk dijadikan sebagai cermin. Peran seorang intelektual merupakan impian masyarakat luas dengan harapan bahwa para intelektualis akan menjadi pencerah (baca; rausyan fikr) dalam menghadapi berbagai isu pelik yang ada dalam kehidupan. Oleh Julien Benda intelektual merupakan desain sosok pejuang kebenaran dan keadilan yang menekuni bidang keahliannya baik sebagai pemikir, saintis ataupun budayawan.

News Feed