English English Indonesian Indonesian
oleh

Makhluk  Mukallaf

Manusia adalah makhluk mukallaf yang diberi kelengkapan hidup berupa aspek rohani dibalik aspek jasad (somatik). Manusia, demikian dalam Al-Qur’an, disebutkan, adalah puncak penciptaan Allah dengan tingkat kesempurnaan dan keunikannya yang prima dibanding makhluk lainnya. Karena keunikannya itulah manusia mempunyai fungsi sebagai “mandataris” Tuhan di bumi. Menurut kodratnya, manusia adalah “hanief”, yaitu makhluk yang cinta  kepada kesucian  dan selalu cenderung kepada kebenaran, dhamier (hati nurani) manusia selalu mendendangkan arah kebaikan dan selalu menuju kepada kebenaran. Akhirnya tiba pada kebenaran yang terakhir yang menjadi tujuan hidup manusia ialah kebenaran mutlak, Allah Swt. Inilah yang disebut fitrah atas manusia.

Keunikan manusia melengkapi kesempurnaannya yang dianugerahkan kepadanya. Kesempurnaan Manusia dilihat dari segi  fisiknya (bentuk tubuh), Kemudian ditambah  dari segi pikiran (akalnya), yang tidak diberikan keopada makhluk ciptaan Tuhan lainnhya. Lalu disempurnakan dengan dilengkapi aspek kejiwaan (ruhaniah). Manusia menjadi sempurna karena bentuknya fisiknya. Untuk menjaga fisik agar prima, manusia butuh gizi, makanan yang halal, tayyib dan barakah. Manusia akan lapar dan haus jika tidak makan dan minum. Dan jika dibiarkan lama kelamaan akan memengaruhi  pikiran dan ruhaninya mati. Merawat jasad juga sangat penting, sama hal pentingnya merawat akal dan hati. Jika tubuh kekurangan zat gizi, maka akal dan hati juga kurang optimal dalam bekerja. Yang ada hanya lemas dan tidak ada gairah menghadapi hidup.

Kesempurnaan manusia dilengkapi karena adanya aktifitas berpikir. Hasil olah pikirnya, manusia mampu menciptakan peradabannya yang komplit. Manusia jika tidak dibekali akal, maka akan sama dengan makhluk Allah yang lainnya, hidup stagnan tanpa makna. Dengan  mendayagunakan akallah manusia akan terus eksis dalam hidupnya.  Jika manusia tidak memaksimalkan fungsi  akalnya untuk berpikir maka tidak akan ada kemajuan zaman. Tidak ada teknologi baru, hidup tak ubahnya   tumbuhan dan hewan, hanya makan, tidur, kawin dan berkembang biak.

Menghidupkan akal saja dan memelihara fisik tidak cukup jika tidak menghidupkan hati, karena di luar sana banyak orang yang semakin memberi makan akalnya dengan ilmu dan menyehatkan tubuhnya dengan makanan bergizi, namun miskin ruhaninya dan kehilangan  jiwa spiritualnya. Dengan  membimbing hati kepada kebenaran hakiki, maka ruhani menjadi afiat, dekat dengan manusia dan selalu dalam bimbingan Tuhan. Dengan selalu berzikir (mengingat) kepada Allah, Sang Pembolak-balik hati (muqallib al-qulub). Dengan selalu mengingat Allah, hidup akan tenang, tentram dan berprilaku yang baik. Jika hati tidak pernah digunakan untuk berzikir maka dia akan lapar dan menjadi keras, gelap, dan jauh dari Tuhan. Seseorang yang memiliki hati yang bersih, segala tindakannya terhindar dari perbuatan salah karena di dalam hatinya tidak ada dorongan untuk berbuat buruk. Kondisi hati berpengaruh terhadap kondisi jiwa seseorang, karena hati merupakan tempat tinggalnya jiwa.

Untuk membersihkan hati, menurut Imam al-Gazali, dimulai dengan menyucikan anggota tubuh bagian luar dari hadats dan najis. Membersihkan  fisik atau tubuh dari sesuatu yang menghalangi keabasahan ibadah, terutama shalat, baik dari hadats besar ataupun hadats kecil; baik tempat maupun pakaian. Berikutnya, menyucikan fisik dari perilaku jahat, buruk atau perbuatan dosa. Kemudian membersihkan hati dari akhlak buruk, yaitu perbuatan tercela yang ada di dalam hati, yang tidak tampak oleh mata.  Lebih mendalam  lagi, membersihkan hati, yang merupakan rahasia bathiniah dari sesuatu selain dari Allah. Wallahu a’lam

News Feed