FAJAR, MAKASSAR-Hasanuddin Center for Tobacco Control and Communicable Disease Prevention (Contact), tahun ini kembali mengadakan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia.
Kegiatan ini bertujuan untuk menyuarakan pentingnya hidup sehat, menjaga lingkungan bebas dari asap rokok, meningkatkan kesadaran dengan memprioritaskan konsumsi makanan sehat, serta menjauhkan diri dari paparan rokok.
Mengusung tema “We need Food, not Tobacco”. Kegiatan berlangsung Hybrid di Hotel Golden Tulip Essential Makassar dan Zoom Meeting, Sabtu (3/6).
Direktur Hasanuddin Contact sekaligus Guru Besar FKM Unhas,Prof. Dr. dr. H.m. Alimin Maidin MPH mengatakan saat ini, Prevalensi perokok di Kota Makassar masih cukup mengkhawatirkan.
Data dari Riset Kesehatan Dasar Provinsi Sulawesi Selatan menunjukkan prevalensi perokok penduduk diatas 10 tahun mencapai 25,88% begitupun angka perokok anak dan remaja.
“Sejalan dengan hal tersebut tersebut, kami berharap upaya para pemerhati kesehatan dalam meningkatkan kesadaran untuk berhenti merokok dapat berdampak pada penurunan perokok di Indonesia,” ucapnya.
kata Prof Alimin, hal ini membuat orang semakin miskin, sebab uangnya mereka bakar dan tak peduli ada berapa banyak itu.
Bayangkan saja kemiskinan bisa hilang di Makassar ketika perokok bisa menyumbangkan uang pembeli rokoknya untuk dibagikan kepada fakir.
“Dari rumus yang saya buat dihitung-hitung dalam sehari di Makassar ada total sekutar 300 ribu jumlah perokok dari anak hingga dewasa,” ucapnya.
Jika ditotal kata Prof Alimin, dari rumus yang di hitung perbatang rokok yang mereka hisap, bisa mencapai Rp3,6 M uang yang dipakai membeli rokok per hari.
konsumen rokok dari hari ke hari kian meningkat. Bersamaan dengan itu perkembangan industri tembakau semakin pesat.
Perwakilan Pemuda dari Komunitas Ruang Bicara dan Pemerhati Anak, Muhammad Fathahillah Rukun mengatakan Industri rokok berupaya melakukan upaya normalisasi dengan memperkenalkan merk/brand/produk rokok.
Caranya itu melalui iklan di TV, influencer media sosial, maupun iklan luar ruang seperti billboard. Hal ini mempengaruhi minat anak muda untuk mulai merokok. “Nah mengapa karena anak muda target mereka dan mau mewajarkan kebiasaan merokok itu pada Gen Z,” ucapnya.
Arga sapaannya– mengatakan saat ini memang industri rokok sedang mencari taktik jika anak muda bisa menjadi target promosi mereka.
“Makanya meminta juga kepada pihak pemerintah menaikkan harga cukai rokok . Sehingga harga rokok susah dijangkau kalangan pelajar. Lalu pelarangan penjualan rokok batangan harus di dorong, sebab ini bisa memudahkan anak dibawah umur membeli,” ucapnya.
Program Manager HC, Ismi Sultan makanya saat ini Hasanuddin Contact gencar memberikan seminar dan sosialisasi dan turun langsung mengedukasi ke anak muda terkait bagaimana dampak dari merokok itu.
“Kami sudah lakukan di pemukiman-pemukiman warga, jalan raya hingga cafe-cafe yang diyakini disana banyak anak muda yang sering merokok, ” ucapnya. (wis)