FAJAR, JAKARTA – Rencana Ketua umum PSSI Erick Thohir guna membentuk yayasan PSSI yang ditujukan demi membantu para pensiunan di sepak bola Indonesia dinilai Budi Setiawan pengamat sepak bola Football Institute merupakan langkah strategis dan sangat mulia.
Sebab selama ini mantan atlet, wasit dan pelatih yang telah mengharumkan nama Indonesia di kancah dunia kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah. Budi mengatakan, masyarakat juga tidak bisa menyalahkan seluruhnya ke pemerintah. Ini disebabkan pemerintah memiliki adanya keterbatasan anggaran.
Sebelum PSSI membuat Yayasan, lanjut Budi, ada baiknya Erick dapat memberikan pemahaman kepada atlet muda dan yang saat ini berada di puncak prestasi, untuk dapat memikirkan bahwa profesi atlet memiliki masa waktu yang pendek. Pak Erick bisa memberikan pemahaman dan informasi pasca mereka sudah memasuki masa purna bakti sehingga ketika sudah memasuki masa purna bakti, mereka dapat bertahan hidup dan tidak menjadi beban baik bagi PSSI maupun pemerintah.
“Memang ide Erick membuat Yayasan PSSI untuk ngopeni atlet, pelatih dan wasit sepak bola sangat bagus. Dan ini merupakan langkah awal yang harus dilakukan Erick untuk menunjukan bahwa PSSI tidak tutup mata terhadap nasib mantan atlet, pelatih dan wasit yang telah berjasa terhadap sepak bola Indonesia. Namun tentunya PSSI dan pengelola kompetisi harus menyadari bahwa Indonesia tak memiliki program post atlet. Jepang sudah memiliki program post atlet sehingga sebelum atlet tersebut memasuki masa pensiun mereka sudah mengetahui mau kemana kelak akan berkarir. Apakah menjadi pelatih atau diangkat menjadi PNS. Saat ini tidak banyak atlet, wasit atau pelatih yang menjadi karyawan BUMN atau PNS. Tentu ini menjadi masukan bagi Erick sebagai ketua umum PSSI,” kata Budi.
Nasib yang dialami Kurnia Meiga menurut Budi dapat dijadikan contoh nyata bahwa sampai saat ini PSSI dan pengelola kompetisi tak memiliki program post. Memang Kurnia sudah mendapatkan bantuan dari Erick. Namun Budi berharap kedepannya PSSI dapat memiliki program post atlet dan memiliki Yayasan yang mengelola dana abadi untuk atlet, wasit dan pelatih sepak bola Indonesia.
Sampai saat ini PSSI tak memiliki dana abadi untuk membantu mantan atlet, wasit dan pelatih. PSSI tidak bisa menjadi dinas sosial selamanya. Berapapun besarnya donasi yang diberikan kalau tidak dikelola dengan baik akan habis.
“Kita tak ingin kejadian Kurnia Meiga terulang lagi. Langkah yang dilakukan Erick membantu Kurnia Meiga memang langkah kemanusiaan yang patut diapresiasi. Namun bantuan yang diberikan Erick seharusnya dapat dilalukan melalui kelembagaan yang jelas seperti Yayasan PSSI.
Sebab kita tak mengetahui apakah ketua umum PSSI pasca Erick ini memiliki jiwa kemanusiaan yang sama. Kalaupun memiliki jiwa kemanusiaan yang sama, apakah penerus ketua PSSI pasca Erick ini memiliki kemampuan yang sama. Sehingga Yayasan PSSI yang nanti akan mengelola dana abadi itu sangat penting, ”kata Budi.
Sebenarnya selama ini PSSI memiliki banyak potensi untuk mendapatkan uang yang bisa dimasukan sebagai dana abadi mantan atlet, pelatih dan wasit sepak bola. Setiap anggota PSSI selalu dipungut uang iuran wajib tahunan ke pengurus pusat.
Namun selama ini uang iuran tersebut tak masuk sebagai dana abadi PSSI. Sebab dana tersebut diberikan untuk kepengurusan PSSI di provinsi untuk menyelenggarakan kompetisi di daerah. Mungkin nantinya uang dari iuran wajib tahunan anggota PSSI sebagian dapat dijadikan sebagai dana abadi.
“Dahulu masih masih ada levy pertandingan. Setiap pertandingan yang terselenggara, penggelola kompetisi akan memberikan sejumlah dana ke PSSI.
Seharusnya levy pertandingan tersebut juga dapat dijadikan sebagai dana abadi. Memang jumlahnya tidak besar. Namun jika pertandingan banyak dan semua penyelenggara kompetisi memberikan levy pertanding ke PSSI maka ketika dikumpulkan jumlahnya akan besar.
Tinggal nantinya potensi dana yang besar tersebut dapat dikelola oleh yayasan PSSI dengan baik. Intinya pembentukan Yayasan ini positif dan harus diimbangi dengan pengelolaan dana yang transparan dan akuntabel,” ucap Budi.
Hasil keuntungan pertandingan Timnas Indonesia dengan Timnas Argentina memang bisa dijadikan sebagai modal untuk membuat dana abadi. Namun menurut Budi, PSSI juga memiliki berbagai program kerja yang membutuhkan anggaran yang tak sedikit. Sehingga berapapun keuntungan dari pertandingan Timnas Indonesia dengan Timnas Argentina yang disisihkan PSSI untuk dana abadi, sangat diapresiasi Budi.
“Saat ini dibawah kepemimpinan Erick Thohir, PSSI tengah bertransformasi menjadi lembaga yang profesional. Tidak lagi menjadi lembaga yang membebani negara. Namun dapat menjadi lembaga yang dapat menghasilkan keuntungan. Lembaga sepak bola di Eropa bisa menghasilkan pendapatan yang sangat besar dan keuntungannya dikembalikan ke insan dan anggotanya.
Sehingga Diharapkan nantinya PSSI dan klub sepak bola dapat menghidupi dirinya sendiri. Tanpa menjadi beban pihak lain,” kata Budi. (*)