FAJAR, MAKASSAR — Ikram (31), warga Kelurahan Bontoa tak bisa tenang. Tambak yang selama ini menjadi sumber penghasilan keluarga, tak bisa maksimal produksinya.
Tambaknya tak bisa produktif lantaran airnya tercemar. Bibit ikan yang ditebar banyak yang mati. Itu diduga tercemar limbah dari pabrik. Tambak di wilayah Bontoa memang bersumber dari air Sungai Parangloe.
Sungai ini yang menjadi sumber kehidupan warga setempat, namun belakangan airnya hitam dan berbau menyengat. “Banyak tambak ditinggal begitu saja,” ujar Ikram saat ditemui FAJAR di Kampung Bontoa, dikutip dari Harian FAJAR edisi Senin, 15 Mei 2023.
Ikram mengaku bingung mengadu ke siapa lagi. Ia dan warga setempat sudah tak tahan lagi dengan bau menyengat dari aliran Sungai Parangloe. Pabrik di sekitar Sungai Parangloe terang-terangan membuang limbah ke sungai. Ikram menyebut limbah dari PT Makassar Te’ne sudah berlangsung lama. “Dulu ada tiga pembuangan ke sungai, sekarang sisa satu,” ujarnya.
Jika itu terus berlangsung, kehidupan warga di Kelurahan Bontoa akan terus terusik. Menurutnya, tidak ada niat baik perusahaan di sekitar perkampungan untuk mengolah limbahnya sebelum dibuang ke sungai. “Perkampungan lebih duluan ada di sini, tapi kenapa kita merasa diusir,” tegasnya.
Menurutnya, tak hanya Makassar Te’ne yang membuang limbah ke sungai, namun juga ada beberapa pabrik lainnya. Dia juga menyesalkan tidak ada sanksi dari pemerintah atas kondisi tersebut. “Lurah di sini tidak peduli, kita mengadu tidak ada juga upayanya tegur perusahaan,” sesalnya.
Warga lainnya, Ahmad, mengemukakan, kondisi air Sungai Parangloe sangat memprihatikan. Pernah ada anak yang jatuh ke sungai, sampai saat ini menderita gatal-gatal akibat air kotor. Nelayan yang sering melintas di sungai tersebut juga merasakan keanehan, sering gatal-gatal. “Di mana saya harus mengeluh pak, ini sudah parah sekali,” tuturnya.
Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Parangloe Fatahudin Baso menyebutkan sedikitnya 50 perahu motor tempel yang memanfaatkan lalulintas sungai di dermaga Bontoa. Semuanya merasakan hal yang sama yaitu tersengat bau busuk dari limbah yang mencemari sungai.
“Jauh sebelum hadirnya sejumlah perusahaan seperti PT Makassar Te’ne, pabrik agar-agar (PT Cemerlang) dan usaha pemotongan ternak. Kondisi sungai ini tidak tercemar hebat, bahkan ikan pun masih terlihat jelas,” sebut Fatahuddin.
Durahman, Ketua RT 01, RW 02 Bontoa Selatan, Kelurahan Parangloe menduga ada proses pembiaran oleh sejumlah perusahaan yang dengan sengaja membuang air limbahnya ke saluran badan sungai. “Tidak heran jika warga kami marah tapi tidak bisa berbuat apa-apa,” sesalnya.
Dokumen Amdal
Dugaan pencemaran lingkungan tidak hanya mengalir ke anak Sungai Tallo, namun juga sudah mencemari tanah di sekitar Bontoa Selatan, Kelurahan Parangloe, Kecamatan Tamalanrea.
Ketua Forum Komunitas Hijau (FKH) Makassar, Achmad Yusran mengatakan berdasarkan hasil peninjauan lapangan, pencemaran lingkungan yang dilakukan oleh PT Makassar Te’ne sudah sangat masif. Terlihat ada kebocoran limbah dari kolam retensi limbah yang mereka miliki.
Hal ini ditandai dengan adanya gelembung air berupa cairan hitam disekitar pembuangan. Selain itu air yang ada pada got juga terlihat hitam dan berminyak. Sehingga bisa dipastikan limbah pabrik bukan hanya mencemari anak sungai saja, namun juga telah merambah pada tanah dan udara.
“Saya dengan penemerintah setempat berkunjung ke PT Makassar Tene dan menemukan pelanggaran itu. Dokumen yang diperlihatkan oleh pihak perusahaan tidak sesuai dengan kenyataan dilapangan,” kata Yusran, Senin, 15 Mei.
Lebih lanjut Yusran menuturkan, dia telah melaporkan langsung masalah ini ke Wali Kota Makassar, Moh Ramdhan Pomanto. Tujuannya agar dapat ditindaki lebih cepat. Meski demikian pihaknya berencana akan melaporkan dugaan pencemaran lingkungan tersebut ke DLH Makassar, DLH Sulsel, hingga kementerian lingkungan hidup.
Lanjutkan Investigasi
KASUS pencemaran di sepanjang Sungai Tallo dan Sungai Parangloe diinvestigasi oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH). Sejumlah temuan awal mulai didapatkan.
Plt Kepala DLH Makassar Ferdy Mochtar menerangkan temuan awal tersebut yang bisa dirasakan seperti adanya bau yang menyengat sepanjang aliran sungai. “Kalau kita berdiri di sepanjang saluran sungai kecil itu baunya sangat menyengat, kemudian warna hitam pekat, tidak seperti di sungai lainnya yang jernih,” jelas Ferdy kepada FAJAR, kemarin.
Kemudian kata dia budi daya ikan di sekitaran sungai yang berjarak sekira 50 meter dari tempat penelitian tersebut juga telah dilaporkan mati semua. Ini kata dia merupakan fakta fisik adanya dugaan pencemaran sungai Tallo setelah ditinjau langsung oleh tim sejak pekan lalu.
Selanjutnya fakta lainnya masyarakat yang menyentuh air tersebut juga terkena alergi gatal-gatal. “Baru kondisi fisiknya, belum kondisi kimianya. Sekarang timku baru turun ke lapangan hari ini (kemarin) untuk pengambilan sampel ini terintegrasi,” imbuhnya.
Dia mengatakan seluruh tim akan masuk ke perusahaan-perusahaan industri sepanjang sungai tersebut. Nantinya akan diteliti bagaimana sistem daur ulang limbahnya serta tahapan-tahan SOP dalam pengelolaannya. “Kita butuh hasil uji otentik secara ilmiah dan secara kimia. Itu harus pengujian lab,” jelasnya.
Kemudian pihaknya juga membangun komunikasi dengan masyarakat terkait kondisi yang terjadi pada sungai tersebut. Sebab DLH kata dia tidak hanya melihat pada satu sisi saja, melainkan juga melihat perilaku dari masyarakat sepanjang sungai.
Sebab sepanjang aliran sungai Parangloe tepatnya kampung Bongoa, dilaporkan terjadi penyempitan dan sumbatan akibat sedimen. Ini kemudian menghasilkan bau yang busuk dan air yang hitam. Adapula dugaan air limbah domestik juga masuk dari rumah-rumah tersebut ke aliran sungai.
Sementara itu, Ferdy menegaskan pihak-pihak yang terbukti melakukan pencemaran tersebut dipastikan akan mendapatkan ganjaran yang berat. Itu sesuai dengan permintaan Wali Kota Makassar, Moh Ramdhan Pomanto beberapa waktu lalu.
“Harus ada upaya hukum, ada tindakan hukum. Tidak ada toleransi bagi perusahaan yang mencemari lingkungan. Makanya betul-betul dilakukan investigasi secara menyeluruh,” jelasnya.
Termasuk kata dia perusahaan harus mengganti rugi seluruh tambak ikan milik nelayan yang rusak akibat aktifitas mereka.”Yang jadi korban ini kan masyarakat,” tegasnya.
Reaksi Wali Kota
Sementara itu Kisruh dugaan pencemaran kawasan aliran Sungai Tallo memantik atensi Wali Kota Makassar, Moh Ramdhan Pomanto. Danny menilai perkara dugaan pencemaran ini merupakan masalah serius, jika terbukti pelaku menurutnya harus diganjar dengan berat. “Ini pidana, bisa ditangkap, pencemaran bisa ditangkap,” ujarnya.
Danny mengaku laporan ini kerap didapatkannya tidak hanya sekali, pun ada sejumlah spekulasi dimana para pemilik usaha ini disebut menanam pipanya yang langsung terhubung di dasar sungai, agar pencemaran tak nampak. Soal adanya masala ini, dirinya juga mengatensi DLH untuk bergerak. Kemudian tim khusus juga akan digerakkannya.
“Kami siapkan pengawas lingkungan dan penyidik lingkungan. Itu kewenangan kita supaya kita bisa pidanakan orang seperti itu,” tegas ayah tiga anak ini. (an-edo/dir)