Selain itu, juga ada catatan tentang konteks kerentanan masyarakat akibat dampak alam dan konflik konflik social. Kemudian catatan tentang dinamika penguasaan lahan masyarakat di wilayah proyek Tanamalia dan potensi konflik akibat perampasan sumber daya alam.
Juga telah diidentifikasi masalah, risiko, matriks risiko, dan strategi mitigasi, termasuk daftar isu pemangku kepentingan yang relevan. PHasil studi ini menjadi rekomendasi untuk menjalankan siklus proyek Tanamalia mempertimbangkan faktor-faktor sosial ekonomi dan HAM.
“Kami memiliki Code of Conduct (CoC) mengacu pada Panduan Hak Asasi Manusia PBB tentang Bisnis dan Hak Asasi Manusia,” sebutnya.
PT Vale Indonesia Tbk juga membuka kesempatan seluas-luasnya bagi perempuan untuk bisa mengambil peran dan memaksimalkan skill yang dimiliki dalam area operasional. Hal itu juga sejalan dengan semangat Diversity, Equity, and Inclusion (DEI) yang telah dilakukan dengan membuka peluang kesempatan untuk bekerja di semua jenis pekerjaan dan tidak diplot di tempat-tempat khusus saja.
“Pola ini juga diterapkan diseluruh area operasional PT Vale di Sorowako, Pomalaa dan Morowali,” sebut Bayu.
Pelibatan perempuan dalam project tanamalia sudah menjadi komitmen perseroan, termasuk menyiapkan sarana berbasis gender. Saat ini total pekerja di Tanamalia mencapai 432 orang, dari jumlah tersebut sekitar 39 orang adalah perempuan atau sekitar 9 persen.
Terkait konsultasi publik dan persetujuan masyarakat setempat, perseroan bersama pemerintah desa membentuk forum koordinasi pemangku kepentingan. Melalui forum koordinasi ini perseroan telah melakukan sosialisasi rencana eksplorasi dan dukungan sosialisasi penghentian perambahan hutan dalam wilayah kawasan hutan dan PPKH PT Vale.