OLEH: dr. Airah Amir, Dokter IGD RSUD Kota Makassar
Saat ini kita merasakan cuaca panas diselingi hujan yang terjadi secara bergantian dan diluar batas normal akibat perubahan iklim. Hal ini dapat memengaruhi kesehatan masyarakat khususnya anak yang lebih rentan dibandingkan orang dewasa.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Makassar dalam rilisnya (4/5/2023) menyampaikan bahwa wilayah Sulawesi Selatan masih akan dilanda cuaca panas dan puncaknya diprediksi mulai pada bulan Juni hingga September 2023 mendatang.
Beberapa pekan terakhir, cuaca panas terasa menyengat, apalagi di siang hari. Tak jarang kita mendengar keluhan betapa panasnya cuaca yang dirasakan, termasuk di Makassar. Aktivitas di luar ruangan terasa tidak nyaman lagi, bahkan ketika malam pun efek panas masih juga terasa hingga membuat kita gerah dan berkeringat.
Pimprim Basarah Yanuarso, Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia menyampaikan perubahan iklim dapat memicu berbagai macam dampak buruk pada anak sebagai salah satu kelompok rentan, utamanya yang berusia 0 – 18 tahun.
Sedangkan World Health Organization (WHO) dalam rilisnya menyampaikan terdapat tiga poin utama dampak perubahan iklim yaitu dampak langsung terhadap kesehatan melalui perubahan ekosistem dan perilaku manusia dan satu poin lainnya adalah dampak ksehatan akibat bencana alam dan terkait perubahan iklim.
Sehubungan dengan hal tersebut, Wali Kota Makassar Muh Ramdhan Pomanto mengimbau masyarakat khusus pada siang hari mengurangi aktivitas di luar ruangan. Ini mengingat bahwa Indonesia merupakan daerah tropis, dimana Makassar pun merasakan imbas dari cuaca yang ekstrem beberapa waktu terakhir ini. Meskipun bukan termasuk gelombang panas seperti di negara Asia lain yakni India dan Thailand, namun suhu terasa panas menyengat.
Ketika tubuh terpapar cuaca panas, secara fisiologis terjadi vasodilatsi pada pembuluh darah di kulit untuk menghilangkan panas. Termoregulasi ini diatur oleh sistem saraf pusat di hipotalamus dan sumsum tulang serta sistem saraf perifer di kulit dan organ. Manifestasi penyakit akibat panas bervariasi mulai dari gejala ringan hingga berat. Gejala ringan seperti heat edema, heat rash, heat crumps dan heat syncope. Sedangkan gejala berat seperti heat stroke yang dapat mengancam jiwa. Sehingga pada suhu panas ekstrem untuk menghindari terjadinya dehidrasi perlu untuk memberikan cairan yang cukup bagi tubuh.
Kerentanan anak terhadap perubahan iklim juga terjadi ketika cuaca dingin yang ekstrem yang berisiko pada bayi karena akan menyebabkan hipotermia hingga memicu kematian.
Fenomena cuaca panas di Makassar dan kota besar lainnya di Indonesia tidak lepas dari pembangunan kawasan perkotaan yang cukup pesat yang menyebabkan permukaan bumi didominasi oleh perumahan, gedung bertingkat dan pengaspalan jalan yang menyebabkan bumi menyerap dan meradiasikan kembali sinar matahari dalam jumlah yang tidak sedikit.
Belum lagi banyaknya industri dan peningkatan jumlah kendaraan bermotor yang menyumbang peningkatan kadar karbondioksida yang menyebabkan efek rumah kaca. Efek rumah kaca dapat digambarkan sebagai panas yang diradiasikan bumi ke atmosfer terperangkap dan dikembalikan lagi ke permukaan bumi. Hal inilah yang menyebabkan peningkatan suhu udara di bumi.
Data dan fakta di Indonesia sejak 2015 hingga 2020, telah kehilangan 213 juta hektare hutan atau setara 3,5 kali luas Pulau Bali akibat pembalakan liar, alih fungsi lahan dan kebakaran hutan. Menurut Global Forest Assesment, laju deforestasi Indonesia masih masuk daftar 10 terbesar di dunia pada tahun lalu. Indonesia menempati posisi keempat, diapit oleh Bolivia dan Peru.
Penyebab cuaca ekstrem salah satunya adalah deforestasi dan dampaknya tidak bisa dihindari. Untuk mengatasi dampaknya terhadap kesehatan, perlu adanya kerjasama dari berbagai pihak baik dari pemerintah, masyarakat dan individu. Secara individu dan masyarakat dapat dilakukan misalnya minum air putih yang cukup, menghindari paparan sinar matahari langsung pada saat cuaca panas, serta menjaga pola makan yang sehat untuk memperbaiki daya tahan tubuh.
Bagi pemerintah hendaknya memberikan edukasi dan informasi yang tepat dalam upaya pengurangan risiko penyakit yang dapat timbul akibat cuaca ekstrem. Dengan mengaktifkan sistem peringatan dini cuaca ekstrem berbasis digital di tingkat masyarakat mencakup upaya pencegahan dan penanganan penyakit yang timbul akibat cuaca ekstrem yang tengah melanda. Sebab solusi perbaikan lingkungan untuk mencegah efek dari cuaca dan iklim ekstrem tentu memerlukan waktu yang lama sehingga negara wajib melakukan mitigasi bencana untuk meminimalisir dampak. (*)