English English Indonesian Indonesian
oleh

Idulfitri dalam Perspektif Ekonomi dan Keadilan Sosial

Tapi juga serakah terhadap agama dan ibadah.Salah satu contoh paling ril di tengah umat Islam Indonesia, muslim yang kaya menunaikan ibadah haji dan umrah berkali-kali dengan biaya mahal. Padahal di sekitar rumahnya masih banyak orang miskin yang membutuhkan pertolongan ekonomi. Akhirnya, Idulfitri, kalau kita renungkan, mengingatkan kita pada kondisi ekonomi yang harus diperbaiki paradigmanya.

Konsep ekonomi bukan melulu pasar bebas, bukan melulu menimbun kekayaan, bukan melulu eksploitasi buruh murah, bukan melulu mengekstrak kulit bumi untuk diambil batu bara, minyak, dan logamnya. Bukan itu semua. Ekonomi adalah pendistribusian kekayaan alam secara adil, manusiawi, dengan basis kesederhanaan. Guru Mahatma Gandhi menyatakan, bumi Tuhan mampu memberi kesejahteraan semua penghuninya.

Tapi tidak mampu untuk memenuhi keserakahannya.Puasa Ramadhan sebulan penuh sepertinya merupakan kilas balik mengenang “conditio sine quanon” untuk membangun Ekonomi Fitri yang terlupakan. Dan Idul Fitri adalah hari pertama bagi umat Islam untuk kembali melaksanakan ekonomi Fitri ajaran Nabi yang terpinggirkan itu.Kata Muhammad dan Isa, jika engkau punya dua baju, berikan satu baju pada orang yang membutuhkan! Itulah akhlak orang beriman. Itulah Ekonomi Fitri.

Sederhana. Tapi tidak mudah melaksanakannya. Polusi di hati umat telah membutakan pandangannya terhadap ekonomi ajaran Nabi ini. Dampaknya, alih-alih Idulfitri menjadi hari yang memamerkan kesederhanaan dan keikhlasan darma, yang terjadi sebaliknya: memamerkan kemewahan. (*)

News Feed