English English Indonesian Indonesian
oleh

Idulfitri dalam Perspektif Ekonomi dan Keadilan Sosial

Mukhairiq, karena luka parah akhirnya meninggal. Sebelum wafat, ia berpesan kepada Nabi, agar hartanya dipakai untuk kepentingan Chiefdom. Karena harta Mukhairiq sangat banyak, Muhammad memutuskan membangun Baitul Mal di masjid Nabawi. Dari sinilah Baitul Mal pertama umat Islam berdiri. Modalnya dari umat Yahudi bernama Mukhairiq. Kelak Baitul Mal ini menjadi “Center of Welfare Economics” umat Islam.

Baitul Mal menampung sadaqah, infak, zakat, hibah, dan lain-lain, kemudian harta yang terkumpul dipakai untuk kesejahteraan ekonomi umat. Catat ya, umat di sini adalah penduduk Chiefdom Madinah untuk semua agama dan etnis. Pada tahap inilah, ujar Guru Gembul di podcastnya, Muhammad memperkenalkan Islam secara elegan.

Menyejahterakan orang miskin, menghormati semua manusia, dan mendistribusikan ekonomi secara adil. Dari situlah Islam didakwakan. Umat pun suka cita mengikutinya. Ekonomi profetik — pinjam istilah EF Schumacher penulis buku monumental Small is Beautiful — sebetulnya sederhana. Ekonomi adalah distribusi harta dan upaya-upaya mendapatkannya dengan konsep sederhana.

Ekonomi berhasil ketika kehidupan manusia tercukupi secara nutrisi, secara alami, dan secara manusiawi. Itulah prinsip ekonomi Fitri.Sayangnya, seiring perkembangan teknologi dan ambisi, ekonomi Fitri porak poranda. Politik dan kekuasaan yang ambisius merontokkan semua bangunan kemanusiaan yang diinisiasi Nabi. Kalimat Tauhid sebagai deklarasi kesatuan dan persatuan umat — kata Buya Syakur Yasin di kanal tivi Wamimma — kini telah didegradasi menjadi sekelumit kata “dua syahadatain” yang eksklusif, nyaris tanpa perspektif (Ketuhanan dan Kerasulan Muhammad untuk memperbaiki akhlak manusia). Dampaknya, manusia tak hanya serakah terhadap harta dan kuasa.

News Feed