FAJAR, MAKASSAR- Tahun ini memasuki tahun politik. Partai maupun kandidat mulai bekerja keras memasifkan struktur dan strategi isu untuk meraih kemenangan di 2024.
Hanya saja, salah satu masalah di era digital saat ini adalah penyebaran informasi hoaks yang tak terbendung di media sosial. Dampaknya bisa berpengaruh terhadap kualitas pemilu.
Olehnya, media mainstream punya peran yang sangat vital dalam menangkal hoaks yang berkembang di masyarakat.
Ketua KPU Sulsel, Faisal Amir mengatakan, masalah yang krusial di zaman degitalisasi sekarang adalah hoaks alias berita bohong. Dalam setiap pemilu itu selalu ada, dan itu bisa mempengaruhi proses Pemilu.
“Sebagai contoh pada Pemilu 2019, ada informasi hoaks beredar surat suara satu kontainer, itu orang percaya. Padahal masuk akal pun tidak,” katanya.
Itulah bahayanya hoaks. Sehingga jika tidak di bahas dan diskusikan dari awal maka sangat berbahaya. Menurut dia, paling ampuh dalam menangkal ini adalah media mainstream.
“Karena sekarang banyak media abal-abal dan sekarang ini kadang kita sulit bedakan kalau sudah masuk di handphone kita semua,” kata Faisal saat audiens dengan Harian FAJAR dan Fajar.co.id, di Kantor KPU Sulsel, Jalan AP Pettarani, Jumat, 24 Februari.
“Mereka yang abal-abal yang justru kencang karena tidak punya aturan,” sambung Faisal.
Sementara itu, Kabag Teknis, Partisipasi, dan Hubungan Masyarakat KPU Sulsel, Rahmansyah mengatakan kerja sama dengan media itu sangat penting karena kontribusinya sangat vital untuk membangun pemilu yang lebih baik.
“Jadi memang penting KPU melakukan kerja sama dengan media. Misalnya membuat program edukasi-edukasi politik,” katanya.
Saat ini, lanjutnya, KPU memang perlahan bekerja sama dengan berbagai pihak. Termasuk bagaimana melibatkan media dalam menginformasikan tahapan pemilu agar sampai di masyarakat dengan baik. (mum/lin)