Apa yang paling ditakuti manusia dalam hidupnya. Hampir semua orang menjawabnya, ketiadaan uang. Uang memang bukan segalanya, tapi segalanya butuh uang kalimat ini tidak mustahil namun realistis. Namun apa yang paling menyakitkan ketika uang sudah ada, dan merasa kita sudah menguasainya, namun bisa hilang. Bahkan, ada yang hilang sekejap setelah bertahun-tahun dikumpulkan dengan susah payah. Bagi para pengusaha ini bisa disebut mengalami pailit atau menuai kebangkrutan. Jika terjadi pailit biasanya diakibatkan karena kemacetan pembayaran atau kesulitan keuangan untuk membayar utangnya yang telah dinyatakan oleh pengadilan.
Sedangkan bangkrut memiliki arti keadaan sebuah perusahaan yang menderita kerugian besar hingga jatuh atau biasa diistilahkan gulung tikar. Penyebab kebangkrutan sebuah perusahaan karena kondisi keuangan yang tidak sehat. Sedangkan pailit, dalam kondisi keuangan yang sehat pun ia dapat dinyatakan pailit karena utang. Pailit atau bangkrut sering membawa petaka bagi perusahaan. Tidak sedikit para pemilik perusahaan mengalami depresi berat ketika mereka pailit atau bangkrut. Ada juga yang langsung kena strok bahkan ada yang masuk ke Rumah Sakit Jiwa alias mengalami gangguan kejiwaan. Di luar negeri tidak sedikit pemilik usaha yang bangkrut mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Namun seberat-beratnya pailit atau bangkrut di dunia masih banyak orang sabar menghadapinya. Bahkan Sebagian bangkit dan berusaha bertahan di tengah kesusahan finansial hingga bisa berhasil kembali meraih sukses.
Dalam Islam, kebangkrutan di dunia masih ada batas waktunya dan banyak yang lolos dari bangkrut dan berjaya kembali. Namun ada kebangkrutan yang lebih berbahaya. Itulah kebangkrutan di akhirat. Kebangkrutan tidak hanya dialami manusia ketika masih hidup di dunia, tetapi juga bakal dihadapi manusia saat di akhirat kelak. Riwayat tentang kebangkrutan manusia di akhirat dijelaskan oleh Nabi Muhammad saw. ketika beliau bertanya kepada sahabat-sahabatnya; “Tahukah kalian siapa orang yang bangkrut (mufflis) itu?” Mereka menjawab, “Menurut kami, orang yang bangkrut adalah orang yang tidak mempunyai uang maupun harta”. Beliau lalu bersabda, “Sesungguhnya orang yang bangkrut di antara umatku ialah orang yang pada hari kiamat datang dengan membawa pahala sholat, puasa, dan zakat. Tetapi, ia juga pernah mencela orang, menuduh orang berzina, memakan harta orang, menumpahkan darah orang, dan memukul orang. Maka kebaikannya diberikan kepada orang-orang itu (yang dizalimi). Jika kebaikannya telah habis sebelum tanggungannya ditunaikan, maka dosa orang-orang tersebut diambil dan dilemparkan kepadanya (yang menzalimi). Lalu, dilemparkan ia ke neraka.” (H.R. Imam Muslim).
Ada yang mengibaratkan si mufflis adalahibarat orang yang punya sebuah guci yang tidak terawat. Padahal di dalam guci itu ada emas, perak, dan berlian. Ia bersusah payah mengumpulkan hartanya yang disimpan dalam guci. Namun, guci tersebut tidak dijaga dan dirawat dengan baik. Hingga suatu saat guci itu tumpah dan pecah, sehingga isinya bertebaran dan diambil orang. Si pemilik pun tidak mendapatkan manfaat dari keduanya.
Jika orang bangkrut seperti yang disebutkan dalam hadis, dimana dia rajin beribadah dan kebaikan lainnya. Namun ia juga melakukan dosa-dosa dan menzalimi orang. Jika dikaitkan sekarang, dosa orang bangkrut termasuk membuat berita hoaks yang menjadi fitnah, mem-bully orang, mungkin juga bisa masuk meng-prank orang jika orang yang di-prank merasa dizalimi. Jadi bangkrut yang sesungguhnya adalah orang yang habis “kekayaan” kebaikannya karena dosanya. Wallahu a’lam (*)