Sumber-sumber energi baru dan terbarukan sangat melimpah. Matahari bersinar nyaris sepanjang tahun. Angin juga berembus kencang. Kedua sumber energi terbarukan ini cocok digunakan untuk pengembangan pembangkit listrik skala kecil di pulau-pulau terpencil. Udara juga makin bersih, tak lagi ada asap genset yang mengepul setiap petang hingga menjelang tengah malam.
“Warga di pulau yang lain masih pakai genset, mereka juga mau seperti kita di sini (pakai PLTS),” harapnya.
Kehadiran PLTS di pulau ibarat oase di tengah gurun. Selama puluhan tahun, warga menantikan listrik, tiba-tiba ada program PLN yang membawa terang kehidupan.
“Itu tidak disangka-sangka, alhamdulillah ada listrik,” sebut Harmiati yang henti-hentinya mengucap kata syukur.
Mandiri Energi
Ketahanan energi nasional akan benar-benar mandiri jika proyek pembangkit EBT makin massif. Dengan begitu, PLN tak perlu bergantung minyak dunia lagi. Biaya operasional juga dipastikan lebih hemat.
Ada proyek besar Indonesia yang mesti didukung energi terbarukan ke depan. Yaitu transisi energi bahan bakar minyak (BBM) ke listrik pada kendaraan bermotor. Saat ini, mobil dan motor listrik belum benar-benar bersih. Sebab sumber energi PLN masih didominasi dari fosil yang meninggalkan jejak karbon.
“Jika EBT sudah mendominasi, negara kita akan jadi adikuasa di bidang energi. Masa depan kita akan cerah,” ujar Pakar Energi Unhas Prof Andi Erwin Eka Putra.
Erwin berharap pembangunan pembangkit EBT makin massif. Sebab saat ini Indonesia masih bergantung minyak impor. Sekitar 60 persen BBM yang digunakan, itu berasal dari impor. Maka wajar saja jika minyak dunia bergejolak, ekonomi di dalam negeri ikut goyang.