“Hal itu mungkin saja terjadi akibat investasi pada kedua jenis industri yang dinilai melambat dan perubahan perilaku dari konsumen online pasca pandemi,” paparnya.
Meski proyeksi gaji sektor emerging tech dan high tech menurun, Astrid memperkirakan, permintaan terhadap jasa keduanya akan terus tumbuh. Perusahaan-perusahaan sebaiknya fokus pada pengelolaan keuangan untuk keberlangsungan pada masa mendatang.
Jika dibandingkan kenaikan gaji pada tahun sebelumnya, pertambangan dan penyedia layanan pertambangan bakal meningkat dari 5,7 persen tahun ini menjadi 6,3 persen di 2023. Sejalan dengan terkereknya harga komoditas yang pesat sejak awal 2021. Begitu pula, industri penyedia produk kebutuhan sehari-hari (consumer goods) yang naik 6,1 persen dari 5,7 persen.
Di sisi lain, emerging tech, high tech, dan consumer goods menjadi sektor dengan tingkat pengunduran diri tertinggi. Masing-masing sebesar 15 persen, 8 persen, dan, 9 persen. Sebagian besar disebabkan oleh fenomena pemutusan hubungan kerja (PHK).
Astrid menyebutkan, para pengusaha juga tetap waspada di tengah keoptimisannya dalam menghadapi 2023. Mengingat, tingkat inflasi yang diramalkan akan terus naik dan pertumbuhan ekonomi yang umumnya cenderung melambat. Akibatnya, tidak banyak perusahaan yang berencana menambah jumlah karyawan pada tahun 2023.
Dalam kesempatan yang sama, CEO Mercer untuk Pasar Asia Tenggara Godelieve van Dooren menuturkan, Indonesia tidak mengalami peningkatan pergantian karyawan yang tinggi tahun ini dibanding negara-negara lain di kawasan. Tapi, para pengusaha tidak boleh cepat berpuas diri. Harus memanfaatkan situasi yang relatif stabil saat ini untuk berpikir sejenak. Mengkaji dan meningkatkan strategi kompensasi maupun penghargaan kepada karyawan setelah 2023.