OLEH: Ashabul Kahfi
Kala Teater telah menyuguhkan kami sebuah pertunjukan selama tiga hari berturut-turut di akhir tahun. Tepat pada tanggal 4-6 Desember 2022 di Gedung Kesenian Societeit De Harmonie. Upaya merekam peristiwa yang terjadi di Kota Makassar. Sutradara Shinta Febriany kali ini mengangkat permasalahan warga yaitu, perasaan warga tentang kotanya, kriminalitas di kota Makassar, dan Imajinasi warga berbicara dengan pemerintah Kota Makassar.
Melalui metode riset wawancara yang dilakukan oleh kala teater selama lima bulan lamanya, menghasilkan tiga pertunjukan teater. Perangkap Kata-kata, Di Seberang Kekacauan, dan Bunyi Warga. Ketiga pertunjukan tersebut mengungkapkan ketidaknyaman sebagai warga, pemerintah kota tak memedulikan fasilitas publik, dan merajalelanya kriminalitas di mana-mana. Sehingga warga kota Makassar merasa tak ada tempat nyaman dan aman dirasakan, kecuali berteman orang dalam pemerintahan.
Kota dalam teater merupakan proyek pembacaan isu-isu kota melalui riset terhadap warga kota yang dikerjakan Kala Teater sejak tahun 2015 hingga 2025. Pertunjukan Teater menjadi representasi dari hasil riset tentang kota yang diimpikan oleh warga. Menurut Derrida, panggung teater tidak lagi menjadi tempat pengulangan suatu peristiwa atau suatu objek, entah yang ada sekarang atau sebelumnya (Untuk Apa Seni? : 178)
Aktor memanfaatkan panggung sebagai yang dikatakan oleh Derrida. Bahwa pertunjukan “Kota dalam Teater” para aktor merasakan betul perpindahan ruang dari peristiwa ke peristiwa lainnya ke panggung teater tak lazimnya. Bahkan penonton terlibat aktif dalam menyaksikan peristiwa tersebut secara interaktif.
Tubuh Teks Pertunjukan
Pada persoalan penyajian sebuah pertunjukan teater yang bergenre teater kontemporer atau teater postmodern banyak yang beranggapan bahwa terdapat teks-teks yang menjadi kekuatan dari pertunjukan. Teks-teks tersebut bagian inti dari konstruksi pertunjukan dari teater kontemporer. Teater yang menawarkan teks dari relasi tubuh non-teks, properti, artistik, multimedia adalah sebagai nomor-nomor pertunjukkan disebut dengan teks pertunjukkan.
Tubuh eksplorasi adalah tubuh yang di mana melakukan aktivitas menirukan kejadian alami. Pada ketiga pertunjukan Perangkap Kata-kata, Di Seberang Kekacauan, dan Bunyi Warga, tubuh eksplorasi ini aktor menggerakkan tubuhnya secara cepat, lambat, berjalan, berlari, berdansa serta berimajinasi. Ada pada Pertunjukan Bunyi Warga mengisyarakatkan peristiwa yang berhubungan dengan tubuh eksplorasi warga.
Tubuh eksplorasi warga menjadi laku aktor mainkan perangkat fasilitas publik yang disediakan, seperti lapangan bulutangkis, ruang persentasi, panggung hiburan, dan ruang penonton. Hal itu terdapat dalam tiga pertunjukan sekaligus. Dalam pertunjukannnya aktor adalah warga yang menyampaikan unek-uneknya selama berada di kota Makassar. Mulai dari ketaksukaan dengan warga Makasssar, keresahannya selaku penerima fasilitas umum, dan efek buruk yang dirasakan dari program pemerintah tidak jelas.
Tubuh dan narasi adalah merupakan peristiwa yang mengeluarkaan cerita atau opini. Dalam hal tubuh dan narasi ini, terdapat dua fakta yang ditunjukkan yakni narasi yang dikeluarkan melalui aktor dan juga narasi yang dikeluarkan oleh suara Speaker. Justifikasi tubuh dan narasi dikarenakan aktor mengeluarkan narasi dari suara kemudian memunculkan efek yang diterima langsung oleh tubuh aktor.
Tubuh dan narasi ini ditegaskan pada pertunjukan berjudul Bunyi Warga, seluruh pendapat warga mengenai Kota Makassar disampaikan melalui sound sistem, sementara aktor lainnya menikmati fasilitas publik semisal lapangan bulutangkis, sedangkan satu aktor berupaya menikmati fasilitas itu, akan tetapi dia terhalangi oleh gangguan pada tubuhnya. Tubuh merespons narasi yang hadir dari suara tersebut, ketika tubuh terganggu dengan narasi menjengkelkan.
Tubuh Multimedia adalah merupakan proyeksi fakta atas kejadian melalui perpaduan tubuh dan proyeksi proyektor. Salah satu dari unsur multimedia dalam pertunjukan teater. Penggunaan proyektor ada ketiga pertunjukan perangkap Kata-kata, Di Seberang Kekacauan, dan Bunyi Warga. Sebagai fakta yang terjadi selama kala teater meriset permasalahan di kota Makassar. Perpaduan tubuh multimedia sebagai data fakta dipertontonkan secara terbuka kepada penonton melalui respons tubuh aktor terhadap proyeksi gambar multimedia.
Multimedia Pertunjukan
Multimedia adalah gabungan dari beberapa unsur yaitu teks, grafik, suara, video dan animasi yang menghasilkan presentasi yang menakjubkan. Multimedia juga mempunyai komunikasi interaktif yang tinggi. Bagi pengguna komputer multimedia dapat diartikan sebagai informasi komputer yang dapat disajikan melalui audio atau video, teks, grafik, dan animasi. Di sini dapat digambarkan bahwa multimedia adalah suatu kombinasi data atau media untuk menyampaikan suatu informasi sehingga informasi itu tersaji dengan lebih menarik.
Penggunaan multimedia pertunjukan merupakan alat bantu aktor dalam pencapaian tangga dramatik dan secara estetik visual multimedia merupakan pendukung suasana emosional penonton untuk merasakan pembangunan tangga dramatik yang diciptakan aktor di atas panggung.
Kala Teater di beberapa pertunjukan teaternya (Kota dalam Teater) sangat memperhatikan bantuan aksen multimedia. Sebagai bentuk visual alternatif yang ingin Shinta Febriany sampaikan pada pertunjukan. Bantuan multimedia itu menghadirkan perlintasan dimensional antara perbedaan ruang, waktu, dan tempat pada saat adegan yang sutradara hadirkan. Juga menjadi bukti bahwa multimedia itu efektif digunakan dalam pertunjukan teater untuk merepresentasikan data dan informasi yang selama ia kerjakan melalui riset sebelum produksi pertunjukan teater.
Kota dalam teater jangan sampai berakhir tahun 2025, masih banyak persoalan kota yang kita mesti selesaikan bersama. Kala teater sebagai pengggas mesti tidak akan mengahirinya, tetapi mengembangkan dengan membuka ruang lebih luas lagi, sebab kita sama-sama berjuang mewujudkan kota yang berperadaban. (*)
Ashabul Kahfi adalah seorang Artivisme. Bisa dihubungi melalui email [email protected].