Senin siang tanggal 21 November 2022 di Kabupaten Cianjur diguncang gempa berkekuatan Magnitudo 5,6. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), melaporkan sekitar 62.000 unit rumah rusak dan lebih dari 61.800 orang mengungsi. Gempa juga menewaskan 271 orang, menyebabkan 2.043 orang luka-luka dan 40 orang lainnya hilang. Musibah kehilangan rumah dan harus mengungsi tentu sangat menyedihkan dan perempuan serta anaklah yang paling susah.
Keberadaan di tenda penampungan bercampur baur seluruh korban tanpa kamar khusus akan menyulitkan perempuan untuk melindungi atau menutup auratnya dari pandangan-pandangan kaum lelaki yang bukan muhrimnya. Apalagi budaya patriarki telah memosisikan perempuan pada sektor domestik yaitu mengurus dan mengatur kebutuhan anggota keluarga, dan tetap berlaku posisi ini di tenda penampungan. Hal-hal di atas betul-betul sangat membuat perempuan berada di titik nol atau frustrasi akan segala keterbatasan.
Derita perempuan di setiap musibah/ bencana perlu menjadi momentum kepada semua individu saat akan mengelola lingkungan atau ekosistem.
**
Jika adanya musibah yang paling menderita adalah perempuan maka tidaklah mengherankan jika sejak tahun 1974 oleh Françoise d’Eaubonne mengemukakan suatu paham tentang ekofeminisme yaitu menyadarkan bahwa alam semesta ini ada hubungannya dengan manusia terutama ketidakadilan terhadap ekosistem dan akan berdampak bagi perempuan. Dalam penerapannya ekofeminisme menerapkan etika kepedulian untuk mewujudkan keadilan sosial secara ekologis, mengutamakan nilai feminis dan menentang budaya patriarki.
Feminisme adalah rangkaian / gabungan dari ideologi transformasi sosial yang bertujuan untuk menciptakan dunia yang lebih baik bagi perempuan melalui persamaan sosial. Membangun kesadaran menjadi inti dari metode feminism (Sumber: Ensiklopedia Feminisme, Maggie Humm).
**
Indonesia sangat rentan akan terjadinya musibah, maka sudah saatnya dilakukan pengkajian ulang tentang cara pandang bahwa manusia dan alam semesta merupakan sesuatu yang ada dan saling berhubungan. Manusia adalah kesatuan yang tidak terpisah dari lingkungannya yaitu alam.
**
Pada ekosistem atau lahan pertanian ada jaringan rantai makanan yang terdiri dari komponen biotik dan abiotik. Ada organisme yang berfungsi sebagai perombak zat anorganik menjadi organik untuk menyuburkan tanah sebagai media tumbuh tanaman/ pohon ada serangga penyerbuk, ada herbivora sebagai inang/ mangsa dari carnivora dan omnivora. Tumbuhan / pohon memproduksi bahan pangan. Semua berhubungan dan saling mendukung. Tentu akan dipengaruhi oleh faktor tanah, air, udara dan iklim serta matahari. Dan hubungan mendukung kebutuhan manusia. Kadang-kadang manusia melakukan hal-hal yang bukan mendukung kehidupan organisme dan bentangan alam tetapi justru memotong/mengubah bentangan alam. Sehingga siklus biogeokimia terganggu.
Daur Biogeokimia adalah pertukaran atau perubahan yang terus menerus, antara komponen biosfer yang hidup dengan tak hidup. Fungsi Daur Biogeokimia adalah sebagai siklus materi yang mengembalikan semua unsur-unsur kimia yang sudah terpakai oleh semua yang ada di bumi baik komponen biotik maupun komponen abiotik, sehingga kelangsungan hidup di bumi dapat terjaga. Daur Biogeokimia terdiri dari daur karbon dan oksigen, daur fosfor dan siklus hidrologi. Kalau daur biogeokimia terganggu misalnya siklus hidrologi maka akan terjadi hujan lebat dan keras, dan jika runoff dan groundwater sangat tinggi maka terjadilah banjir.
**
Ekofeminisme menekankan agar kekaguman sebagai aktivitas utama untuk memperoleh pengetahuan secara feminis. Melalui rasa kagum akan melahirkan rasa cinta dan kehati-hatian untuk melakukan sesuatu terhadap alam, terhadap unsur ekosistem yaitu biotik yang merupakan ciptaan Allah dan yang tentu akan dipengaruhi dan memengaruhi faktor abiotik tersebut. Pengetahuan yang dilandasi dengan rasa cinta dan kagum akan mengarahkan pada pembangunan lingkungan secara positif. (*)