FAJAR, MAKASSAR-Festival Seni Pertunjukan Sendratari Karaeng Naba dipentaskan di Gedung Kesenian Societiet de Harmonie pada Minggu, 27 November. Pertunjukan dibuka dengan nyanyian lagu daerah yang liriknya diulang-ulang, “bila tidak ada siri’ lebih baik mati.”
Dikisahkan tentang Karaeng Naba, tokoh yang menautkannya dengan tokoh-tokoh arus utama dalam sejarah Kerajaan Gowa-Tallo. Tokoh yang kemudian pergi ke Jawa meninggalkan tanah lahirnya sendiri karena kekecewaan yang dialaminya pascapenandatanganan perjanjian Bongaya.
Kapal Karaeng Naba mengarungi lautan meninggalkan Makassar menuju Jawa, disambut oleh kelir wayang dan sinden yang menandakan bahwa ia telah berada di Jawa. Musik latar yang sebelumnya kental Sulawesi berganti dengan musik Jawa.
Di atas panggung Daeng Naba juga terlihat digambarkan sebagai pemimpin pasukan bayaran asal Makassar dan Bugis didikan kompeni di Batavia. Suasana Sulawesi dan Jawa sangat kental diperlihatkan, sebab tokoh Karaeng Naba memang asimilasi Sulawesi-Jawa. Sosok Daeng Naba dapat direproduksi sedemikian rupa karena sumber sejarah yang banyak.
Sekretaris Dispar Kota Makassar Andi Tenri Lengka, mengatakan ruang pementasan menjadi wadah untuk mengenal kebudayaan sendiri melalui sendratari agar kebudayaan lebih dikenal,” ujarnya. Menurutnya banyak kebudayaan yang bisa diperkenalkan melalui seni pertunjukan seperti sosok Karaeng Naba.
Kepala Bidang Ekonomi Kreatif, Zamhir Islamie Hatta mengatakan bahwa pertunjukan ini adalah salah satu bentuk dukungan Dispar Makassar dalam pengembangan festival seni pementasan, memberikan wadah bagi para pelaku seni di Makassar.
Ia mengatakan, Dispar memberikan ruang kepada pelaku seni, pertunjukan yang telah berlatih sedemikian waktu setiap seni pertunjukan yang dilaksanakan, salah satunya adalah pementasan Karaeng Naba untuk melestarikan kebudayaan lewat pementasan.
Melalui pertunjukan ini, meminjam sosok Daeng Naba bukan sebagai figur sejarah, melainkan sebagai gagasan untuk membicarakan persoalan diaspora dan hibriditas orang-orang Makassar-Bugis di Jawa.
Oleh karena itu, pertunjukan ini tidak berangkat dari satu narasi sejarah yang tunggal dan linear. Kisah Karaeng Naba dibangun dari petikan-petikan narasi yang serba-beragam, yang kemudian disusun dan diolah menjadi sebuah pertunjukan.
Selain pementasan sendratari Karaeng Naba ada juga pementasan musik oleh band asal Makassar seperti Fini Fugai, Ephemeral Queen, Kawan Pencerita, dan Mesin Waktu. (mia/)