English English Indonesian Indonesian
oleh

Anwar Ibrahim, Reformasi yang Tertunda

Malaysia baru saja mengukuhkan perdana menteri yang baru, yakni sosok yang sudah tidak asing, Anwar Ibrahim (24/11). Jalan panjang dan berliku telah dilalui Anwar Ibrahim hingga sampai di posisi penting tersebut. Rentang waktu 20 tahun dia menanti dengan status tiga kali dipenjara dengan tuduhan yang tidak main-main memalukannya.

Pada medio 1990-an, Anwar sangat populer dan disebut-sebut sebagai pengganti Mahathir Mohammad yang kala itu sebagai perdana menteri dan dia sebagai wakil perdana menteri. Namun “politik itu kejam”. Drama politik terjadi. Sebagai wakil, dia justru menjelma menjadi musuh bebuyutan Mahathir.

Anwar pun tersandung sebuah kasus yang mempertaruhkan popularitas dan nama baiknya: kasus seksual. Dia pun akhirnya dijebloskan ke penjara. Peluang untuk memijak lantai perdana menteri pupus sudah berganti menjadi dinginnya lantai penjara. Jabatan perdana menteri dilanjutkan oleh Nadjib Razak. Perdana menteri ini pun kembali menjebloskan Anwar ke penjara.

Demikianlah perjalanan berliku Anwar Ibrahim sehingga menduduki kursi Perdana Menteri Malaysia yang ke-10. Bahkan pada 2018, dia kembali berpasangan dengan Mahathir Mohamad dalam pemilu Malaysia. Mahathir kembali menduduki jabatan perdana menteri di usianya yang sudah sangat sepuh. Anwar kembali sebagai wakil perdana menteri, persis pada medio 1990.

Keduanya sepakat, bila menang, Mahathir hanya menjabat dua tahun kemudian dilanjutkan Anwar Ibrahim. Ternyata kenyataannya lain. Mahathir tidak menyerahkan jabatan. Anwar akhirnya harus kembali bertarung dalam pemilihan umum 2022. Kemenangan Anwar pun tidak mutlak. Sehingga terjadi drama politik untuk menyelesaikan hal ini. Akhirnya raja Malaysia menunjuk Anwar Ibrahim sebagai perdana menteri.

Kabarnya Presiden Joko Widodo sebagai kepala negara pertama yang memberi ucapan selamat kepada Anwar Ibrahim. Anwar tentu sangat gembira dan mengunggah video momen tersebut di media sosial. Anwar juga berharap hubungan Indonesia dan Malaysia bisa semakin diperkuat di semua bidang mulai dari perdagangan, investasi, hingga masalah teknis seperti soal buruh migran setelah dirinya terpilih sebagai PM Malaysia.

Anwar menyebut dirinya sebagai sahabat sejati Indonesia. Tentu ini adalah harapan untuk memulihkan hubungan Indonesia-Malaysia yang sempat memanas akhir-akhir ini dikarenakan berbagai hal, terutama menyangkut perbatasan kedua negara dan buruh migran. Dalam beberapa hal, bahkan menyangkut hubungan internasional, Malaysia selalu menganggap Indonesia sebagai musuh bebuyutan yang harus disaingi.

Bagi Indonesia, pelantikan Anwar Ibrahim sebagai perdana menteri adalah hal yang biasa. Boleh jadi tidak akan berpengaruh apa-apa terhadap Indonesia. Pengaruhnya bagi Malaysia sendiri, apakah Anwar akan mewujudkan ide reformasinya yang tertunda 20 tahun, apakah Anwar akan membawa perubahan besar atau tidak. (*)

News Feed